Kemenperin Akui Program Creative Fest BCIC Mampu Dongkrak Kapasitas Produksi IKM Hingga 25 Persen

Oleh : Ridwan | Sabtu, 07 Desember 2019 - 14:10 WIB

INDUSTRY.co.id - Bali - Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) terus mendorong industri kreatif nasional agar bisa menghasilkan produk-poduk dengan desain berkualitas salah satunya dengan menggelar 'Creative Fest Bali Creative Industry Center (BCIC)' di Gedung Promosi BCIC, Bali.

Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, desain merupakan elemen penting dalam proses industri dan memiliki porsi yang cukup besar dalam penciptaan produk. 

Menurutnya, desain yang baik bukan hanya mampu memberikan nilai tambah suatu produk dari sisi penampilan maupun fungsi, namun juga dari sisi efisiensi produksi dan meminimalisir dampak negatif ke lingkungan. 

"Sehingga, dengan desain yang baik, bukan hanya akan meningkatkan daya saing produk Industri, namun juga mendorong peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia seutuhnya," kata Gati di Bali, Sabtu (7/12).

Dijelaskan Gati, program seperti ini sudah terbukti mampu meningkatkan kapasitas produksi para IKM. "Dengan program ini kita bisa produksi IKM itu naik. Saat ini yang dari usaha mikro ke kecil itu naiknya 25 persen, dari kecil ke menengah itu naik 20 persen produksinya, kemudian 50 persen peserta yang ikut program pelatihan ini bisa meningkatkan jumlah tenaga kerjanya. Ini kan bagus seklai," terang Gati.

lebih lanjut, ia memaparkan, Indonesia adalah Negara yang memiliki ragam budaya yang sangat kaya. Berdasarkan Survei Khusus Ekonomi Kreatif yang dilakukan oleh BPS dan Bekraf, produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif naik setiap tahunnya, dimana PDB Ekraf tahun 2018 diperkirakan mencapai Rp1.105 triliun atau naik sebesar 10% dibanding tahun sebelumnya, dengan kontribusi terbesar pada subsektor kuliner (41,69%), fesyen (18,15%) dan kriya/craft (15,70%). 

Nilai ekspor sektor Ekonomi Kreatif juga cukup menjanjikan, yaitu mencapai USD 19,99 miliar atau sekitar 13,77% dari nilai ekspor nasional dengan tiga negara tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat (31,72%), Jepang (6,74%), dan Taiwan (4,99%) (sumber: Ekonomi Kreatif Outlook, 2019).

Gati menyampaikan, perkembangan Industri Kreatif yang sangat baik ini jangan sampai memberikan kontribusi negatif terhadap keberlanjutan lingkungan. Dimana isu lingkungan menjadi salah satu isu terpenting dalam industry fesyen, berdasarkan publikasi World Economic Forum pada saat produk fesyen sudah tidak digunakan lagi, sebanyak 73% akan berakhir di bakar atau dibuang ke pembuangan sampah.

Kemudian, sekitar 12% akan di upcycle menjadi produk daur ulang dan kurang dari 1% yang diolah kembali menjadi produk fesyen. "Sehingga dalam kompetisi IFCA, kami mendorong desainer muda untuk melakukan eksplorasi desain produk yang ramah lingkungan dan kemudian menjadikannya sebagai bisnis yang berkelanjutan melalui kemitraan dengan Industri Kecil dan Menengah," ujar Dirjen IKMA.

Gati berharap di masa depan, mereka bisa menjadi ujung tombak dalam membangun Industri yang lebih ramah lingkungan dan inklusif. 

"Kami juga selalu menanamkan kepada para peserta program BCIC yang lain untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan keberlangsungan hidup manusia namun tetap mengutamakan keberlanjutan usaha, sehingga bisa memberikan dampak yang lebih besar lagi ke masyarakat," ungkap Gati.

Pada acara tersebut, digelar beberapa kegiatan untuk mendukung pelaku industri kreatif dalam negeri, di antaranya Business Pitching Inkubator Bisnis Kreatif Batch 2 yang dilanjutkan dengan acara kelulusan dengan memilih tiga peserta terbaik serta memilih peserta terbaik dari tenant inkubator bisnis kreatif coaching tahun 2018-2019. 

Selain itu, Penjurian final Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) 2019 yang dilanjutkan dengan Penyerahan Penghargaan kepada tiga Desainer Terbaik pada tanggal 7 Desember 2019 di BCIC Bali. Adapun dipamerkan produk besutan peserta Program BCIC yang akan diikuti oleh Tenant Creative Business Incubator 2019.