Survey, Apakah Hanya untuk Mengukur Perasaan?

Oleh : Rhesa Yogaswara | Jumat, 29 November 2019 - 18:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Di dalam berbagai organisasi, instansi pemerintah, maupun swasta, tentu sebuah rencana menjadi awalan, kemana organisasi tersebut akan dibawa oleh pemimpinnya. Keberhasilan pemimpin dinilai dari banyak hal. Untuk mengukur keberhasilannya, banyak faktor yang menjadi indikatornya.

Tidak hanya terlaksananya sebuah rencana yang menjadi indikator keberhasilan, namun kepuasan dari seluruh stakeholder terkait pun perlu diukur dalam menilai berhasil atau tidaknya program yang telah direncanakan tersebut.

Sebagai contoh disektor swasta, misalnya seorang CEO akan dituntut oleh banyak pihak mulai dari Komisaris, Investor/Owner, Client/Customer, bahkan termasuk karyawan yang sudah mencurahkan waktu dan tenaganya bagi perusahaan. Ketika perusahaan menyusun "Business Plan" dan didalamnya ada rencana untuk melakukan program A, yang diukur tentu tidak cukup hanya "Apakah program A tersebut terlaksana atau tidak", akan tetapi juga apakah program A yang direncanakan ini, tepat sasaran dan mampu memenuhi harapan salah satu stakeholder atau tidak. (sebut saja memenuhi harapan komisaris, atau mungkin memenuhi harapan karyawan).

Hal tersebut pun berlaku untuk skala negara (dalam bentuk apapun, baik itu kerajaan, republik, dll), keberhasilan pimpinan negara tidak hanya didasarkan kepada terlaksana atau tidaknya rencana yang telah disusun, akan tetapi juga perlu ada evaluasi apakah program tersebut tepat sasaran dan mampu memenuhi harapan pihak terkait (DPR/D, PNS, Masyarakat, Pengusaha, dan elemen masyarakat lainnya) atau tidak.

Sehingga, "Survey" akan sangat tepat jika ditempatkan sebagai "alat/tools" yang sangat strategis untuk mengukur harapan stakeholder. Jika masih terjadi GAP (realisasi program vs harapan) yang tinggi, maka dapat diindikasikan bahwa program yang dijalankan tersebut, kurang efektif dan efisien. Namun jika GAPnya rendah, maka program yang dilaksanakan, dapat dikatakan "BERHASIL". Sebagai tambahan, Tools "Survey" ini pun mencakup beberapa hal, dari mulai "Attitude - Behaviour - Perception." tentu harus dilakukan dengan metode pengambilan contoh secara acak dengan sangat tepat yang bisa mewakili populasi.

Sehingga, "Survey" tidak hanya ditempatkan sebagai alat "tools" yang digunakan untuk mengukur perasaan, pikiran, dan pendapat, akan tetapi "Survey" menjadi alat yang strategis dalam menilai performa sebuah organisasi.

Rhesa Yogaswara (Ketua Umum PERPI - Perhimpunan Riset Pemasaran Indonesia)