Berhentinya Freeport Berdampak Pada Penurunan Ekspor Pada Februari 2017

Oleh : Hariyanto | Jumat, 17 Maret 2017 - 14:58 WIB

INDUSTRY.co.id - Jayapura, Berhentinya PT Freeport Indonesia (PTFI/Freeport), berdampak kepada penurunan ekspor Papua pada Februari 2017 hingga 96,25%. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Simon Sapari mengungkapkan, penurunan ekspor Papua pada Februari 2017 sebesar 96,25%. Hal tersebut terjadi karena dampak dari berhenti operasinya Freeport.

"Ekspor kita dalam satu bulan ini mengalami penurunan yang cukup signifikan, artinya kita ketahui Freeport yang selama ini bisa berkontribusi positif untuk pendapatan negara, dalam satu bulan ini turunnya sangat drastis," tutur Simon di Jayapura, Kamis (16/3/2017).

Simon mengatakan, penurunan ini disebabkan karena tidak adanya ekspor biji tembaga yang kita tahu diproduksi oleh Freeport padahal di Januari 2017. Sementara kontribusi ekspornya mencapai US$266,83 juta, turun 96,25%.

Simon menuturkan, selama ini pendapatan ekspor Papua sebagian besar disumbang bijih konsentrat dan tembaga (HS44) yang seluruhnya dihasilkan Freeport.

"Jelas ini dampaknya akan membuat deflasi di dalam ekspor bijih tembaga tersebut," katanya.

Simon berharap, data BPS tersebut, pihak-pihak yang terkait dengan peralihan kontrak karya Freeport menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) bisa segera menyelesaikannya karena dampak negatif dari kekisruhan tersebut sudah mulai nampak.

"Kita memberikan informasi ini agar pihak-pihak yang bertikai bisa mempertimbangkan karena ini mempunyai dampak yang negatif terhadap pendapatan negara. BPS hanya bisa memberikan informasi data dan hal-hal lain yang terkait kebijakan kami serahkan ke negara," kata Simon.

Pada 15 maret 2016, BPS Papua melalui rilisnya mengungkapkan nilai ekpor Papua selama Februari 2017, turun drastis hingga 96,25%. Atau angkanya hanya mencapai US$9,99 juta.

"Nilai ekspor Papua pada Februari 2017 hanya sebesar 9,99 juta dolar as atau mengalami penurunan hingga 96,25 persen bila dibandingkan dengan nilainya pada Januari 2017 yang sebesar 266,83 juta dolar as," ujar Simon.

Ia menjelaskan penurunan tersebut dikarenakan tidak adanya ekspor konsentrat tembaga dan penurunan nilai ekspor golongan Kayu dan Barang dari Kayu (HS44) sebesar 30,34%.

"Dilihat dari jenisnya, ekspor Papua seluruhnya berasal dari barang non migas. Ekspor terbesar berasal dari Pelabuhan Bade senilai 3,68 juta dolar AS," kata dia.

Menurutnya komoditi barang yang diekspor dari golongan Ikan & Hewan Air Lainnya (HS03) adalah berupa ikan dan kepiting, sedangkan komoditi yang mempunyai nilai ekspor terbesar dari golongan Non Migas Lainnya adalah gas oksigen. (Hry/ inl)