Manfaatkan Perang Dagang, RI Jemput Langsung Investor Furnitur dari China

Oleh : Ridwan | Selasa, 15 Oktober 2019 - 14:20 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Pemerintah Indonesia berupaya memanfaatkan momentum perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina dengan menjemput langsung investor dari negeri tirai bambu. 

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan jemput bola pengusaha furniture dari Cina. Hal ini dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersama dengan Kementerian Perindustrian.

Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, tensi perang dagang yang masih tinggi membuat pengusaha Cina akan melakukan relokasi ke Kawasan Asia Tenggara. Kondisi perang dagang yang tak kunjung mereda dinilai merupakan saat yang tepat bagi pengusaha furniture Cina untuk berinvestasi di Indonesia.  

"Pemerintah Indonesia mengundang pengusaha-pengusaha RRT khususnya di bidang furniture untuk melakukan kunjungan ke Indonesia," kata Thomas melalui keterangan pers yang diterima pada Selasa (15/10).

BKPM bersama Kementerian Perindustrian, asosiasi usaha dan pemda akan mengupayakan courtesy meeting di Indonesia sekiranya diperlukan.

"Kami juga akan mengatur beberapa kunjungan lokasi dan pabrik untuk menjajaki lokasi pengembangan klaster industri furniture dan kemungkinan kolaborasi dengan industri furniture lokal," kata Thomas.

Saat ini, lanjut Thomas, pemerintah tengah fokus mengembangkan Provinsi Jawa Tengah sebagai basis industri furniture berorientasi ekspor dalam skala besar. Namun, ia juga tidak menutup kemungkinan pengembangan ini dilakukan di lokasi-lokasi potensial lainnya.

Meskipun realisasi investasi Cina ke Indonesia secara umum mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam 5 tahun terakhir, Thomas mengakui masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus ditindaklanjuti. Hal itu antara lain jaminan ketersediaan bahan baku kayu dan rotan, relaksasi ketentuan impor mesin (relokasi), dan bahan baku industri furniture.

Selain itu, dukungan pemerintah daerah terutama dalam hal percepatan dan kemudahan dalam pembebasan lahan di lokasi-lokasi yang akan dikembangkan juga masih perlu dibenahi. Pemerintah juga masih harus membenahi ketersediaan tenaga kerja terampil melalui penyediaan pendidikan vokasi, mempermudah penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) serta jaminan keamanan dan perlindungan bagi investasi skala besar.

Mengingat kultur bisnis investor Cina yang amat bergantung pada restu dari pemerintah setempat, Kepala BKPM bertemu langsung dengan Wakil Gubernur Provinsi Guangdong, Ouyang Weimin dan Wakil Walikota Foshan, Tan Ping. Pertemuan itu untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang khususnya mendorong investasi perusahaan furniture mereka ke Indonesia.

Selain itu, ia juga telah melakukan pertemuan one-on-one dengan para pengusaha besar industri furniture untuk menawarkan investasi di Indonesia. Thomas juga menghadiri Forum Bisnis yang dihadiri 150 investor furniture dari wilayah Provinsi Shandong dan Provinsi Guangdong yaitu dari Dongguan, Foshan, Shenzen, dan Guangzhou.

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih yang juga turut mendampingi Kepala BKPM mengatakan, program jemput bola ini menjadi pintu bagi para investor China khususnya di industri furnitur untuk melebarkan sayap bisnisnya di Indonesia.

Menurut Gati, prospek investasi furnitur di Indonesia masih cukup potensial, asalkan pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana pendukung.

"Program ini sangat bagus, kita harapkan akan ada investor dari China yang akan masuk ke Indonesia," tutur Gati.