Demonstrasi Dalam Sudut Pandang Islam

Oleh : Akhrom Saleh Akib, S.IP | Senin, 05 Desember 2016 - 06:32 WIB

DEMONTRASI DALAM SUDUT PANDANG ISLAM

 

I. PENDAHULUAN

SEJARAH GERAKAN DARI MASA KEMASA   

Dalam perkembangan sejarah Indonesia Demontrasi dianggap tabu, apalagi mengingat Rezim Orde Baru melarang Aksi Demontrasi, selama 32 Tahun HM. Soeharto memimpin Republik Indonesia dapat disebut anti kritik, anti demokrasi. Akibatnya masyarakat Indonesia menjadi bungkam yang dihantui rasa ketakutan dalam bernegara, sehingga rakyat hanya bisa berbisik kepada keluarga saja untuk membicarakan politik.

Era Reformasi 1998, 18 tahun silam, gerakan mahasiswa yang mulanya hanya bergerak dibawah tanah mulai memberanikan diri berhimpun melakukan perlawanan terhadap rejim yang otoriter, sehingga pergerakan mahasiswa mendapatkan simpatik dari rakyat Indonesia secara menyeluruh. Meskipun pada saat itu ada momentum krisis moneter di Asia Tenggara khususnya, yang kemudian menjadi Momentum penggulingan Seoharto, sehingga sebuah sejarah baru bagi gerakan mahasiwa 1998, pada akhirnya berhasil mendesak Soeharto mundur dari jabatannya sebagai orang nomor 1 di Indonesia, tepatnya 20 Mei 1998.

Terlepas dari sejarah singkat Gerakan Mahasiswa 1998, menarik menjadi pembahasan, dalam beberapa pekan kebelakang pilkada DKI Jakarta menjadi hangat, disebabkan oleh Petahana Basuki Tjahya Poernama alias Ahok telah menista agama Islam dalam sosialisasinya di Kepulaan Seribu, dengan mengatakan “Jangan Mau diBohongi Pakai Surat Al-Maidah ayat 51”, sosialisasi tersebut kemudian videonya di unggah oleh seseorang, sehingga menimbulkan polemik ditengah-tengah masyarakat, utamanya para Alim Ulama, apalagi Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa bahwa Ahok telah menista Agama dan Ulama. Hal itu menjadi pemicu kemarahan umat Islam Indonesia dari sabang sampai Marauke, dengan melakukan Aksi Unjuk Rasa menuntut keadilan agar Ahok ditangkap dan dipenjarakan karena telah menghina Ayat Suci Al-Quran.

 

AKSI BELA ISLAM I, II DAN III

GERAKAN NASIONAL PEMBELA FATWA-MUI

Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh umat islam seluruh Indonesia, menjadi sejarah baru sebuah gerakan rakyat Indonesia yang beragama islam, sebab dari tukang becak sampai dengan pejabat negara serta pengusaha ikut turun kejalan berjuang demi membela sebuah keyakinan, sehingga mendesak pemerintah (Kepolisian) menjadikan petahana sebagai Tersangka Menista Agama, yang memang telah memenuhi unsur penistaan dan alat bukti yang cukup.

Sejarah gerakan Islam bukanlah kali pertama dilakukan, pada masa penjajahan kita mengenal Hos Cokroaminoto dengan Serikat Islamnya melawan kolonialisme Belanda, hanya saja waktu dan perlawanan berbeda isu serta metode gerakan. Aksi Bela Islam I, II dan III adalah aksi terbesar sepanjang sejarah aksi demontrasi di Indonesia yang dinamanakan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-MUI (GNPF-MUI), momentum menuntuk keadilan dan mendesak pemerintah agar mengadili Ahok sebagai penista agama, sangatlah efektif membangkitkan gairah Umat Islam untuk dapat bersatu, dalam sebuah gerakan yang telah disebutkan diatas.

 

REVOLUSI IRAN 1979

Revolusi Iran dari kalangan umat Islam pada akhir dekade 1970-an yang sangat mengejutkan dunia barat ini dikomandoi oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini sebagai pemimpin agung Iran pertama dan merupakan pemimpin spirtual pertama Iran.

Dalam Revolusi 1979, tiga juga orang turun ke jalan dalam mobilisasi masa dengan skala besar yang pernah ada sepanjang sejarah Iran. Revolusi ini merupakan gerakan masa secara spontan untuk menuntut runtuhnya Raja Pahlevi beserta kaki tangannya yang dinilai telah menggunakan kekuasaan secara tidak adil. Revolusi ini merupakan Revolusi yang mengubah Iran dari Monarki dibawah Shah Mohammad Reza Pahlavi menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini, pemimpin Revolusi dan Pendiri Republik Islam. Walaupun beberapa orang berpendapat Revolusi Iran memiliki keunikan tersendiri karena mengejutkan seluruh dunia. Tidak seperti berbagai revolusi didunia, revolusi Iran tidak disebabkan oleh kekalahan dalam perang, krisis moneter atau pemberontakan.

(Koran Harian REPUBLIKA Ahad, 6 Nopember 2016, halaman 16)

Kenapa kemudian menarik dari Gerakan itu? Aksi Bela Islam baik I, II dan III sangat sesuai dengan ajaran agama Islam, coba kita bedah apa saja yang menjadi menariknya dari Aksi Demontrasi Umat Islam pada Tanggal 4 Nopember dan 2 Desember 2016.

 

II. SUDUT PANDANG ISLAM DALAM MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA

Menurut Rakhmad Zailani Kiki dalam Tertib Demokrasi agar dalam Demontrasi, Pertama Harus menjaga kemaslahatan dan ketertiban umum sehingga tidak menimbulkan kerusakan besar. Kedua, hal yang dituntut dan diaspirasikan sudah menjadi keniscayaan untuk dilaksanakan, Ketiga sudah tidak ada solusi atau jalan keluar, seperti menempuh musyawarah atau lobi dan diyakini sebagai alternatif terakhir. Keempat apabila ditujukan kepada pemerintah hanya boleh dilakukan dengan cara ta’rif (menyampaikan penjelasan) dan al-wa’zhu (pemberian nasihat). Kelima, dilakukan oleh pendemo yang berkopeten, bukan pendemo asal-asalan yang tidak mengetahui permasalahan yang sedang didemokan. Sebagai contoh sebagai masa bayaran yang tidak mengetahui apa-apa. Keenam, tidak menimbulkan potensi tindakan yang anarkis. Ketujuh, tidak dilakukan dengan perkataan, perbuatan, dan simbol-simbol yang mengarah pada pelecehan, penghinaan atau penghujatan. (Harian REPUBLIKA Ahad, 6 Nopember 2016, Halaman 16)

 

III. UNJUK RASA SARANA AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR

Demontrasi yang dilakukan dengan melanggar etika justru mencederai keagungan Islam.

Islam memang tidak menjelaskan secara spesifik tentang demontrasi, baik dalam Al-Quran maupun Hadist. Tetapi menurut Muhammad Aminullah dalam jurnal “Perspektif Hadist Islam” ada beberapa hal yang bisa dikaitkan dengan demontrasi.

Misalnya dalam terminologi Islam terdapat dua makna yang bisa dikaitkan dengan demontrasi, yaitu muzhaharah & masirah. Kedua hal tersebut sangat erat kaitannya dengan tindakan amar makruf nahi mungkar yang bertujuan mengoreksi dan menasihati para penguasa.

Masirah yang berarti sebuah sarana, media, alat penyampaian gagasan, ide pendapat yang dianggap benar dan berusaha menyiarkannya dalam bentuk pengerahan masa. Sementara Muzhaharah berarti aksi unjuk rasa yang identik dengna kekerasan dan bisa dikatakan sebagai aksi mendukung sebagai bentuk dukungan terhadap individu ataupun golongan dan kelompok.

(Harian REPUBLIKA Ahad, 6 Nopember 2016, Halaman 16)

 

IV. OPINI ANALISA PENULIS, berdasarkan pandangan dan teori diatas

Aksi Bela Islam I, II dan III dalam sudut pandang toeritis diatas masuk dalam kategori Masirah, dimana teori tersebut mengatakan “Media, Alat Penyampaian, Gagasan, Ide pendapat yang dianggap benar dan berusaha menyiarkannya dalam bentuk pengerahasan masa”.  

Berbeda dengan pendekatan MUZHAHARAH berarti aksi unjuk rasa identik dengan kekerasan, aksi yang mendukung sesuatu kelompok, individu atau golongan tertentu”. ABI tidak masuk dalam ketegori ini.

Tentunya Aksi Bela Islam  I, II dan III (GNPF-MUI) menuntut keadilan bagian dari Masirah yang tidak berafliasi ataupun kongkalikong dengan kelompok tertentu, ABI terbebas dari kepentingan politik, ABI benar-benar murni menyampaikan aspirasi dan memberikan nasihat kepada penguasa.

ABI I, II dan III benar-benar mencerminkan keagungan Islam dimana Aksi unjuk rasa tersebut, tidak menghujat, tidak mencaci maki, tidak merusak dan anarkis dan tentunya menjaga kebersihan, dimana kebersihan sebagian dari Iman. Dan Apabila ada umat Islam yang turut serta dalam aksi unjuk rasa Islam, melakukan caci maki menghujat itu merupakan bukan bagian ajaran Islam. (Masuk dalam Point 7 angka Romawi II)

Aksi Bela Islam juga dilakukan oleh Pendemo bukan karena terpaksa, bukan juga karena bayaran, melainkan karena kesadaran membela sebuah keyakinan dalam menjaga kitab Suci Al-Quran. (sesuai Angka Romawi II, Point 5)

Aksi Bela Islam yang dilakukan oleh Umat Islam Indonesia merupakan aksi unjuk rasa yang benar-benar sesuai dengan ajaran Islam, sesuai dengan keyakinan Umat Islam dalam memperjuangkan kesucian Al-Quran, pengerahan masa oleh Ulama melainkan karena sudah tidak ditemukan cara-cara musyawarah sehingga aksi unjuk rasa menjadi jalan terkahir, sesuai dengan point 3 angka Romawi II.

KEHEBATAN DAN KEBESARAN PARA ULAMA

Aksi Bela Islam pada tanggal 4 Desember 2016, merupakan aksi unjuk rasa yang terbesar dalam sejarah Indonesia, aksi tersebut diisi dengan Shalat Jumat Berjamah dan doa bersama, tanpa mengurangi isi tuntutan. Bila kita melihat Revolusi Islam Iran, dibawah Komando Ayatollah Ruhollah Khomeini pada tahun 1979 dimana masa Islam bergerak 3 juta orang menjatuhkan sistem Monarki menjadi Republik Islam Iran, maka Aksi Bela Islam yang kurang lebih 7 juta umat Islam Indonesia turun kejalan maka sangat mudah menjatuhkan pemerintahan dari Demokrasi Pancasila menjadi Republik Islam Indonesia.

Hanya kehebatan dan bijaksananya para Ulama besar, maka hal tersebut tidak dilakukan, padahal hal itu dapat saja dilakukan untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah, dan merubah sistem yang telah ada menjadi sistem Islam.

Ulama-ulama besar yang terlibat di Aksi Bela Islam juga tidak terpengaruh dengan elite politik yang ingin menunggangi mereka, bila mereka dengan mudah terpengaruh maka dalam sedetik pemerintahan akan tumbang sampai keakar-akarnya.

 

V. PENUTUP

Semoga bermanfaat bagi umat Islam yang baru (pemula) melakukan atau mengikuti aksi unjuk rasa, dimana aksi unjuk rasa Islam selalu menjaga Kebersihan, Ketertiban, dan tidak mencaci maki serta tidak anarkis, adalah bagian dari ajaran Islam, sehingga selalu menjaga Keagungan Islam.