Mantan Office Boy Ini Sukses Meraih Gelar Doktor Hukum dengan Predikat Sangat Memuaskan

Oleh : Kormen Barus | Rabu, 28 Agustus 2019 - 10:20 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Di Grup Media Sosial membanjir ucapan selamat kepada Danggur Konradus  yang meraih Gelar Doktor Bidang Ilmu Hukum dari Universitas Diponegoro, Semarang.

Gelar ini diperoleh Danggur Konradus,  setelah menyelesaikan disertasi tentang Rekonstruksi Politik Hukum Konservasi Hutan Taman Wisata Alam Berbasis Keadilan dan Kearifan Lokal. Studi pengakuan dan perlindungan hak ulayat MA Colol Manggarai, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Danggur menawarkan pola Link Commune (link-co) dalam pengelolaan kawasan hutan taman wisata alam dengan politik hukum Link Komune untuk membantah politik hukum mono tafsir. Intinya melibatkan semua komponen termasuk masyarakat adat dengan basis dasar pengelolaan berdasarkan kearifan lokal masyarakat adat.

DR. Danggur Konradus, SH, MH, adalah seorang Pengacara (Pembela), dilahirkan di Lolang, Desa Jaong, Panglembor Kecamatan Satar Mese, Manggarai-Flores, NTT, pada  21 Juni 1962.

Anak pasangan petani ladang kering, dari ayah bernama Nobertus Nopong dan Ibunya bernama Lusia Laus, sejak kecil menekankan pendidikan terbaik baginya. “Harus sekolah. Hanya sekolah yang bisa merubah kita,”ujar Danggur Konradus, mengenang nasihat kedua orangtuanya.

Nasihat kedua orangtuanya itu selalu melekat dalam ingatan Danggur, demikian  Danggur Konradus disapa, sehingga mendorongnya untuk terus sekolah dan rajin belajar walaupun menempuh perjalanan jauh tanpa alas kaki.

Setelah  menamatkan SDK di Jaong tahun 1975, SMP Negeri Iteng tahun 1977, Danggur  melanjutkan studi ke SPG Setia Bhakti Ruteng. “Saya sangat mengagumi sosok guru,”ujarnya.

Setelah tamat dari SPG tahun  1981, Danggur pun  berubah pikiran dan mulai tertarik ke dunia hukum. Ia terinspirasi oleh sikap bijak sang ayah yang selalu menekankan nilai-nilai hukum dalam keluarga dan masyarakat. Danggur  kemudian hijrah ke Jakarta, memilih kuliah hukum di Universitas Kristen Indonesia (UKI).

Guna menyambung hidup di Jakarta dan bisa kuliah, Danggur telah menjalankan berbagai pekerjaan. Ia telah merasakan  betapa beratnya menjadi office boy (pesuruh), pembantu,  Kenek hingga jadi sopir.  Ragam pekerjaannya itu mengantar Danggur sukses menyelesaikan pendidikan S1 Hukum  tahun 1985. Selesai menyandang gelar SH dari UKI, Danggur  mengawali karirnya di kantor Bernabas Banggur, yang merupakan satu-satunya  pengacara ternama Indonesia asal NTT, saat itu. Bernabas Banggur merupakan Bapa Kecil (paman) dari Danggur Konradus.

Ternyata, pengalaman itu menjadi dorongan kuat baginya untuk sukses dan menjadi seorang pengacara papan atas di Jakarta. Jiwa juangnya juga terinspirasi oleh ketokohan dan nama besar sang Paman: Bernabas Banggur, SH.

Setelah beberapa tahun  berkarya di kantor sang paman, Danggur kemudian memutuskan untuk berdiri sendiri dan mendirikan  Law Office Danggur K, SH, MH and Parners, di mana Danggur  menjadi pimpinannya.

Danggur menikah dengan Ners. Cecilia Heni Agustinawati yang berprofesi sebagai Perawat di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta dan telah dikaruniai tiga anak. A.Mallofiks Danggur (Pengacara), M.V. Louliana Danggur (pengacara), A.Nooc Panga Pa’ang(mahasiswa).

Di kalangan teman-temannya maupun relasi, Danggur dikenal sebagai sosok yang rendah hati, humoris namun tetap tegas. Sejak kuliah aktif di PMKRI dan organisasi gereja dan hingga kini pun masih menjadi anggota Dewan Paroki St. Yoseph Matraman Jakarta.  Aktif di Organisasi sangat mewarnai perjalanan hidupnya. Selain aktif di organisasi pengacara, aktivis, Danggur juga sempat menjabat Balitbang Bidang Luar Negeri Partai Demokrat.

Selain telah menulis beberapa buku, opini di media masa dan jurnal internasional, Danggur sempat menjadi  ketua BUMD Watch (organisasi pemantau kinerja Badan Usaha Milik Daerah) dan menjadi pengamat BUMD, BUMN dan kinerja pemda di Indonesia.

Danggur  juga  banyak berkecimpung dalam bidang social dan menjadi pembela bagi yang lemah serta tertindas. Seperti melakukan advokasi bagi anak jalanan dan kaum WTS di Jakarta. Tak salah apabila, kaum WTS Jakarta selalu menggap Danggur sebagai pahlawan. 

Danggur pun  berperan besar dalam membantu kehidupan kaum kusta di Belu NTT dan berapa panti sosial lainnya di Indonesia. Di tahun 2007, Danggur menjadi Ketua panitia Nasional Jakarta dan terlibat penuh dalam pemulangan Jenazah uskup Gabriel Manek, MGR. Hal itu itu sebagai pertanda kecintaan dan pelayanannya untuk umat Katholik dan Gereja.

Salah satu gebrakan yang sangat menggeliat dari  Danggur adalah, memperjuangkan penghentian peredaran Permen Merek Kido di Indonesia. Perjuangan itu tidak sia-sia dan membuat seluruh produk permen merek kido ditarik dari peredaraanya di Indonesia. Atas gebrakannya itu, Danggur sempat dijuluki Pengacara Kido Indonesia. Masyarakat Manggarai pantas berterimakasih kepada pengacara yang mempekerjakan banyak karyawan ini.

Dalam mencapai karirnya sebagai pengacara sukses, Danggur melewatinya dengan penuh perjuangan dan berliku-liku, yang ikut mewarnai kehidupannya. Pengalaman itu membuat Danggur selalu  sadar akan kehidupannya. Tidak hanya memperjuangkan untuk keberhasilan dirinya tapi Ia memiliki kepedulian sosial yang  besar terhadap kebutuhan orang lain.