Peningkatan Kapasitas Jaringan Seluler Sangat Diperlukan

Oleh : Andi Mardana | Minggu, 25 Agustus 2019 - 12:50 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - PT. LAPI Institut Teknologi Bandung (ITB) bergabung dengan Qualcomm Technologies, Inc, dan para pemain industri global dan lokal lainnya untuk membahas perkembangan terkini dalam teknologi, ekosistem dan penggunaan potensial 5G untuk Indonesia, serta spektrum frekuensi radio yang sesuai untuk penerapan awal 5G di Indonesia.

Dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), "Seminar on Telecommunication in Indonesia on Welcoming 5G Roadmap, Benefit and Challenge" Kamis (22/8) di Jakarta ini mengeksplorasi isu-isu seputar teknologi dan frekuensi 5G.

Acara tersebut juga menjadi wadah saling berbagi praktik terbaik global, serta menyampaikan perkembangan terkini tentang potensi penggunaan 5G untuk pemain industri di Indonesia.

"Untuk mendukung kebutuhan konektivitas yang terus bertambah, peningkatan kapasitas jaringan seluler sangat diperlukan," kata Ridwan Effendi, Ketua Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro STEI-ITB.

Hal ini dapat dicapai melalui tiga cara, yaitu penambahan Base Transceiver Station (BTS), penambahan frekuensi dan perbaruan teknologi. Namun karena penambahan BTS terbatas oleh jumlah yang diakibatkan oleh batas interferensi maksimum antar perangkat, kunci perkembangan jaringan adalah teknologi baru dan penambahan frekuensi.

"Di sinilah 5G menjadi jawaban kunci teknologi, yang membutuhkan spektrum frekuensi untuk segera ditetapkan," jelas Ridwan.

Jaringan yang tersedia saat ini memiliki batasan untuk berapa banyak perangkat yang dapat dihubungkan sebelum layanan terganggu. Jaringan 5G sedang dibangun untuk menangani miliaran sensor dan perangkat yang terhubung, tidak hanya smartphone, hotspot, dan PC “Always On, Always Connected,” tetapi juga otomasi industri, kendaraan terhubung, layanan misi penting, dan bahkan kota pintar (smart city).

Dengan mengaktifkan ultra-reliable and low latency communication (URLLC) yang sangat andal dan dapat ditingkatkan dengan enhanced Mobile Broadband (eMBB), 5G akan memainkan peran transformasional, karena peningkatan kapasitas dan jangkauan akan terus diperlukan untuk melayani pengalaman-pengalaman baru bagi pengguna, serta dunia yang lebih terhubung.

Asosiasi IoT Indonesia memperkirakan nilai pasar IoT di negara ini akan mencapai Rp 444 triliun (US$ 30 miliar) dengan lebih dari 400 juta sensor terhubung dalam seluruh vertikal pada tahun 2022. 5G adalah landasan untuk penerapan Industri 4.0 dan kebijakan Making Indonesia 4.0, dan dapat mendukung IIoT, industri game lokal, dan lain-lain.

“Factory of the future membutuhkan infrastruktur cerdas termasuk data nirkabel, sistem cyber-physical seluler, dan arsitektur TI terintegrasi. Dengan 5G, kita dapat memiliki ketahanan, konektivitas real-time, dan kecepatan data yang memadai untuk industrial IoT," kata Toto Suharto, Managing Director, Bosch Indonesia.

Lebih dari sekedar teknologi, 5G juga dapat mentransformasi model bisnis, dengan assembly-as-a-service, manufacture-as-a-service, machine-as-a-service dan AI-as-a-service. Oleh karena itu 5G merupakan bagian integral Making Indonesia 4.0.

Industri lain dengan potensi tinggi aplikasi 5G adalah game, yang sedang bertumbuh pesat di Indonesia. Di Indonesia, pasar game berkembang sangat pesat dan diprediksi menjadi lima pasar terbesar sedunia senilai US $ 4,3 miliar pada tahun 2030.

"Game multiplayer, e-sports dan AR/VR semakin populer. 5G akan merevolusi user experience dan menjadi perkembangan paling menarik di industri game," ujar Aditia Dwiperdana, Co-Founder dan Studio Head, Agate.

Dengan potensi Indonesia yang luar biasa, disertai kepercayaan dari para pemain industri lokal, pemerintah harus bertindak cepat untuk merilis spektrum radio yang sesuai dan mendukung industri lokal. Inilah saatnya bagi Indonesia untuk merebut peluang zaman Age of Invention yang baru.