Kualitas dan Harga Jagung Lokal Lebih Bagus

Oleh : Wiyanto | Kamis, 22 Agustus 2019 - 09:59 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Pengamat Ekonomi Politik Pertanian Universitas Trilogi, Muhamad Karim menilai harga jagung lokal lebih bagus dibandingkan harga jagung impor adalah wajar. Pasalnya, saat ini jagung lokal Indonesia kualitas lebih bagus, kandungan protein lebih banyak, varietasnya banyak, apalagi saat musim kemarau ini, kualitasnya lokal jauh lebih tinggi lagi.

"Pada musim kemarau membuat jagung lokal kualitas jauh lebih bagus, kandungan protein jauh lebih tinggi, lebih segar, tidak ada GMO, tidak kopos kopos dan lebih diminati peternak. Saya pastikan harganya juga bagus, kandungan qizi lebih banyak, lebih fresh dan tetap diminati peternak. Dalam ekonomi, kondisi ini wajar, dimana barang yang berkualitas dan tinggi peminatnya akan diikuti kenaikan harga," demikian jelas Karim di Jakarta, Rabu (21/8/2019).

Karim menekankan kondisi harga ini bukan karena stok atau produksi yang tidak mencukupi. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah agar tidak gegabah dalam mengambil kebijakan impor sebab nantinya akan merugikan petani.

"Lihat saja data Kementerian Pertanian, target produksi jagung hingga akhir tahun 2019 ini sebanyak 33 juta ton. Angka ini naik dari realisasi 2018 sebesar 28,92 juta ton, dipastikan surplus melebihi kebutuhannya" bebernya.

"Artinya dari produksi jagung lokal dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan lainnya. Lagian kalau impor akan rugi karena dalam transaksi dalam kurs asing. Jadi bila akan impor pasti itu kebijakan keliru," sambung Karim.

Sementara itu, Maxydul Sola, Sekretaris Dewan Jagung Nasional (DJN) mengatakan saatnya fokus meningkatkan produktivitas jagung di dalam kawasan sentra sentra jagung. Hilirisasi dan alat alat pasca panen dan pergudangan disiapkan untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga jagung di dalam negeri. Harga di petani saat ini bagus, di atas Rp 3.150 perkg.

"Kondisi saat ini ada pertanaman dan produksi jagung cukup sesuai kebutuhan bulanan. Ini kita lakukan bersama semua pihak, kita di DJN bekerja bareng, membangun kemitraan petani dengan pelaku usaha," ujarnya.

Sola menyebutkan rata-rata produktivitas jagung lokal sekitar 6 ton per hektare. Karena itu, DJN mendukung untuk produktivitas naik menjadi 8 hingga 10 ton per hektare. Banyak sentra produksi yang sudah bisa mencapai target produktivitas tersebut, misal Sumbawa, Dompu, Sulawesi Selatan, Lampung dan Gorontalo.

"Tercukupinya kebutuhan jagung akan semakin menjauhkan Indonesia dari keran impor jagung yang merugikan petani," sebutnya.

"Sekarang kita sudah membuat sentra-sentra jagung setiap wilayah dan penanaman terus dilakukan. Selain di lahan sawah juga di lahan kering dan perkebunan. Sejauh ini tidak ada masalah," katanya.