TP Rachmat Bos Triputra Group : Pembangunan Karakter & Solidarity Forever (Bag 2)

Oleh : Candra Mata | Selasa, 16 Juli 2019 - 01:15 WIB

INDUSTRY.co.id - PEMBANGUNAN KARAKTER - Bapak dan Ibu sekalian…

Terus terang, saya bukan tipe orang yang rajin belajar. Proses pendidikan di Departemen Teknik Mesin ITB tidak sepenuhnya mulus. 

Banyak juga rintangannya, termasuk yang masih saya ingat, saya harus mengulang ujian sebuah mata kuliah yaitu mata kuliah Teknik Pengatur, sampai 17 kali sebelum dinyatakan lulus.

Saya bersyukur, ditangani langsung oleh para pendidik yang memiliki jiwa mendidik yang luar biasa, dan memiliki standar yang tinggi. 

Semua itu mengasah saya untuk tumbuh menjadi pribadi yang adaptif, tidak mudah menyerah, dan berkomitmen terhadap pilihan hidup saya.

Pendidikan di ITB juga mengajarkan saya untuk menghormati dan menegakkan integritas melalui fakta dan data, mengukur dan menimbang sebelum berpendapat atau memutuskan, tidak semata-mata bergantung pada opini atau informasi yang belum tentu benar.

ITB mengajarkan kepada saya untuk memiliki nilai kepeloporan, kejuangan, pengabdian, dan keunggulan. 

Keempat nilai itu, sungguh selaras dengan nilai pribadi saya. 

Secara sadar maupun tidak, sepanjang hidup saya, saya mengamalkan keempat nilai luhur tersebut.

Sebagai sebuah institusi pendidikan terkemuka, saya amat yakin bahwa ITB akan terus berada di garis depan untuk membangun karakter generasi penerus. 

Sangat besar harapan saya agar ITB terus berjuang menjadi entitas pendidikan yang IMBANG, BERKUALITAS, dan PRODUKTIF.

IMBANG dalam arti terus mencetak generasi penerus yang tidak hanya pandai secara intelektual, kompeten secara teknis, namun juga matang sebagai pribadi dan kokoh prinsip-prinsip kebangsaannya.

Kematangan pribadi yang saya maksud adalah beberapa karakter berikut ini. 

Yang pertama: RENDAH HATI. 

Yang kedua: memiliki GRIT. Istilah GRIT dilontarkan oleh Angela Duckworth - seorang psikolog dari Amerika untuk menggambarkan dimilikinya semangat yang menyala-nyala (passion) dan daya tahan dalam menghadapi berbagai masalah (perseverance). 

Yang ketiga: KEINGINAN UNTUK  
MEMBERI ATAU BERBAGI (GIVERS) - bukan semata-mata keinginan untuk menerima atau mengambil (TAKERS).

Pendidikan karakter seperti ini kadang kita nomorduakan, padahal kita semua tahu, bahwa manusia-manusia unggul adalah manusia yang tidak hanya pintar tapi juga berkarakter. Tanpa karakter yang baik dan kokoh, bangsa ini akan kesulitan mewujudkan cita-cita luhurnya.

Dalam situasi seperti sekarang ini, lembaga pendidikan juga berperan sebagai palang pintu pencetak generasi penerus yang cinta pada bangsanya dan setia pada prinsip-prinsip kebangsaan yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa. 

Lembaga pendidikan harus menyatakan sikap dengan tegas tentang prinsip- prinsip kebhinekaan, NKRI, dan UUD 45.

BERKUALITAS dalam arti ITB sebagai institusi pendidikan tinggi terus berupaya untuk memastikan agar proses dan hasil pendidikannya semakin relevan terhadap perubahan zaman serta buah pendidikan dan juga risetnya memberikan dampak yang makin besar bagi bangsa dan kemanusiaan secara luas.

PRODUKTIF dalam arti ITB tidak hanya mencetak lulusan yang berkualitas dari pendidikannya, namun juga menjadi pabrik riset dan penemuan, serta menjadi tuan rumah dan inisiator dari berbagai upaya untuk memajukan bangsa dan kualitas umat manusia melalui ilmu pengetahuan.

Saya akan terus mendukung upaya ITB untuk mewujudkan harapan para pendiri ITB, yang tercermin dalam lambang ITB: Ganesha. 

Ganesha adalah simbol pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebajikan.

Semoga ITB terus berkarya menjadi lembaga pendidikan yang selalu menjadi sumber pengetahuan, tidak pernah berhenti berbagi ilmu, tidak ragu berkorban untuk kepentingan yang lebih mulia, dan hidup suci dalam pengabdian bagi kemanusiaan.

SOLIDARITY FOREVER

Bapak dan Ibu yang saya hormati,

Masa kuliah di ITB adalah masa yang sangat menyenangkan. Tidak hanya karena proses pendidikannya, namun juga karena saya belajar bermasyarakat dan berteman di sini. 

Saya menjadi pribadi yang makin sadar akan keberagaman karakter manusia, pentingnya tolong-menolong, menghargai pandangan dan perbedaan satu sama lain, serta menjaga dan mengutamakan relasi antar manusia di atas berbagai bentuk persaingan.

Alm. Budiharjo, Alm. Purnardi Djojosudirdjo, Alm. Palgunadi Tatit Setyawan, Alm. Benny Subianto, adalah beberapa nama dari begitu banyak nama sahabat tumbuh bersama, berjuang bersama, dan bahkan berkarya bersama dalam hidup.  

Dari sahabat-sahabat saya itu, saya belajar untuk menyadari, menerima dan menghargai perbedaan. 

Tumbuh bersama mereka, saya menjadi makin paham bahwa perbedaan suku, agama, ekonomi, tidak perlu menjadi sumber perselisihan. 

Perbedaan memperkaya wawasan, perbedaan membangun kebijaksanaan, perbedaan mengasah kepekaan.

Bapak dan Ibu sekalian,
Dalam persahabatan kami, ada benang merah yang mengikat serta mempersatukan kami. Benang merah itu adalah kesamaan cara berpikir dan nilai inti.

Saya mengenang sahabat-sahabat saya sebagai manusia yang optimis, positif, pantang menyerah, dan terus berusaha untuk tumbuh sebagai pribadi.

Secara khusus, ijinkan saya untuk berbagi cerita tentang persahabatan saya dengan Alm. Pak Benny Subianto. Beliau dari Madura, saya dari Kadipaten. 

Beliau pribumi, saya non pribumi. Beliau muslim, saya Katolik. Beliau sabar dan hati-hati, saya lebih tidak sabar dan impulsif.

Semua perbedaan itu, sama sekali tidak mempengaruhi kecocokan dan kepercayaan kami satu sama lain. 

Persahabatan, dan bahkan persaudaraan yang begitu mendalam terus lestari puluhan tahun, melebar sampai kepada kedua keluarga besar, lintas generasi.

Bapak dan Ibu sekalian,
Dalam hal values, almarhum Pak Benny Subianto, menggambarkan pentingnya values dengan sangat baik, “We have to change with changing time, but we have to hold on to unchanged values”.

Pak Benny peka dan terus beradaptasi dalam perubahan, namun tetap berpegang teguh pada nilai-nilai inti yang diwariskan oleh para pendahulu. Bersamanya, saya membangun United Tractors, Astra, Adaro, dan sektor agribisnis di Triputra Group.  

Saya mengenang beliau sebagai sahabat yang tulus, setia, dan terus tumbuh sebagai pribadi.

Dari situ muncul keyakinan saya, bahwa perbedaan sama sekali bukan penghalang untuk berteman, bekerja sama, dan membangun cita-cita bersama. 

Perbedaan justru bisa menjadi pengikat dan pemersatu. Perbedaan justru dapat membantu kita untuk menjadi orang yang lebih baik.

Saya juga belajar banyak dari Iman Taufik, Ketua Angkatan Departemen Teknik Mesin Angkatan ‘61 yang saya cintai. 

Beliau mengajarkan kepada saya bagaimana memaknai semangat SOLIDARITY FOREVER secara nyata dan konsisten. 

Satu sama lain saling membantu, mengingatkan, berbagi. Setia, senasib sepenanggungan dalam suka maupun duka.

Terima kasih Pak Iman Taufik. Karena Bapak, kebersamaan dan persaudaraan Teknik Mesin ’61 terus terjaga. Atas usaha Bapak, SOLIDARITY FOREVER menjadi nyata, tak hanya berhenti di kata.