S.D. Darmono, Sosok Sederhana dengan Pemikiran Menembus Batas

Oleh : Kris Cahyono, CEO Cikarang Pos | Kamis, 11 Juli 2019 - 22:06 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Dalam beberapa hari terakhir, nama Setyono Djuandi Darmono atau yang biasa dipanggil S.D. Darmono kerap menghiasi berbagai pemberitaan media cetak dan online hingga media sosial dan grup layanan percakapan seperti WhatsApp. Sarannya tentang bagaimana memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan agama, sempat menuai kecaman.

Memang hal-hal sensitif ini sepertinya tabu untuk dibicarakan bahkan didiskusikan. Bisa dipahami bahwa setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda, meski tujuan mereka sama.

Penulis tidak ingin terlalu berpolemik mengenai berbagai penafsiran terhadap apa yang disampaikan S.D. Darmono. Semua pendapat harus kita hormati, dan tidak bisa dipaksakan harus sama sesuai alam pikiran kita. Pemikiran seorang Darmono memang kadang sulit dipahami jika kita hanya mengenal kulitnya. Terkait hal tersebut, penulis saat dilibatkan dalam pembuatan buku pertamanya memberikan usulan judul bukunya tersebut adalah "Menembus Batas".

Sebuah kehormatan yang luar biasa mengenal beliau lebih dekat, sosok sederhana yang fasih berbahasa Jawa halus. Awal bulan Januari 2001 pertama kali penulis bertemu ayah dari tiga orang putera ini di Menara Batavia, Jakarta. Beliau bicara mengenai pengembangan kawasan industri di Cikarang. Dari lahan tandus atau diistilahkan tempat jin buang anak ini disulap menjadi kota industri internasional yang membuka ratusan ribu lapangan kerja dan peluang usaha.

Pemikirannya adalah ingin menjadikan Cikarang sebagai kota madani, seperti Madinah saat jaman Nabi Muhammad SAW. Di mana masyarakatnya hidup harmonis dan saling menghormati. Untuk itulah, penulis menyampaikan ide penerbitan sebuah media cetak yang berfungsi sebagai sarana edukasi kepada warga Cikarang.

Dari awal pertemuan tersebut, penulis mulai mengenal beliau sebagai sosok yang visioner. Tidak sedikit ide dan konsepnya mengembangkan sebuah project mendapat tentangan dari lingkaran manajemen perusahaan. Salah satunya, penulis pernah mendapat salinan "memorandum internal" di mana beliau berusaha meyakinkan direksi akan pendirian sebuah universitas di Cikarang.

Menurutnya, investasi pendidikan tidak bisa menghasilkan benefit secara instan, tidak sama seperti menjual produk properti dan industri yang menjadi core bisnis perusahaannya. Butuh belasan hingga puluhan tahun, bahkan ratusan tahun seperti universitas-universitas ternama di dunia.

Perhatiannya terhadap dunia pendidikan, memang tidak lepas dari perjalanan hidupnya dalam memperoleh ilmu di bangku pendidikan. Pendiri President University ini ingin pendidikan di Indonesia menghasilkan lulusan yang berkarakter. 

Menurutnya, pintar saja tidaklah cukup, tapi harus berkarakter yaitu jujur, pekerja keras, ulet dan penuh cinta kasih. Di sinilah dibutuhkan pendidikan budi pekerti yang lebih kuat, tidak hanya sekedar anak pintar karena menghafal secara teori. Namun dia bisa mempraktikkan ajaran budi pekerti di kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Peraih penghargaan Ernst & Young's Entrepreneur of the Year Award kategori Industry & Manufacturing tahun 2004 ini ingin terus mengabdikan dirinya untuk membangun bangsa. Suatu ketika beliau menyampaikan ingin pensiun dan fokus momong cucu. Namun panggilan jiwa untuk negeri, tidak bisa diabaikannya. 

Bahkan beliau semakin tertantang untuk mencari solusi persoalan bangsa. Contohnya di kawasan tambak di pesisir Kendal Jawa Tengah yang sering mengalami abrasi, ingin disulapnya menjadi kawasan industri internasional agar taraf hidup masyarakat lokalnya terangkat.

Kabupaten Kendal sudah sangat lama oleh pemerintah daerah dan provinsi ingin dijadikan kawasan industri. Namun tidak ada investor yang menyentuhnya dengan pertimbangan membutuhkan investasi yang sangat tinggi terutama saat penyiapan lahan dan infrastrukturnya. "Kalau bukan kita siapa lagi yang mau mengambil resiko ini. Yen wani-wani yen wedi-wedi," ungkap sosok yang suka tirakat dan vegetarian ini.

Kiprah S.D. Darmono dalam memajukan bangsa tidak hanya dibidang industri dan pendidikan, tetapi juga sosial budaya dan pariwisata. Jiwa sosial S.D. Darmono membuatnya sangat aktif dalam berbagai yayasan sosial. Salah satunya, bersama Prof. Komarudin Hidayat dan tokoh lainnya mendirikan Yayasan Tidar Heritage yang bertujuan merevitalisasi dan mengembangkan komunitas di kawasan Candi Borobudur dan daerah sekitarnya.

Sementara di bidang pariwisata dengan mengembangkan kawasan wisata Tanjung Lesung (Banten) dan Morotai (Maluku Utara). Bahkan Beliau pernah menjadi ketua wali amanah PT Pembangunan Kota Tua Jakarta yang memiliki program revitalisasi Kota Tua.

Meski menjadi pengusaha sukses dan ikut berkontribusi bagi pembangunan Indonesia, tetapi pembawaan S.D. Darmono tetap sederhana. Dari sejak awal penulis bertemu hingga sekarang tidak pernah berubah. S.D. Darmono tidak mengambil jarak dengan siapapun, baik di lingkungan internal perusahaannya maupun dengan berbagai tokoh bangsa.

Tak ada gading yang tak retak, setiap manusia memiliki kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah. Belajar bijak memahami apa yang kita lihat dan dengar adalah proses pematangan diri.