Produksi Aluminium Ekstrusi HK Metals Utama Ditargetkan 12.000 Ton pada 2019

Oleh : Abraham Sihombing | Senin, 17 Juni 2019 - 16:37 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) menargetkan dapat memproduksi aluminium ekstrusi sebanyak 12.000 ton pada 2019 setelah menambah tiga lini mesin produksi untuk pabrik aluminium ekstrusi yang dijalankan oleh PT Handal Aluminium Sukses, anak usaha HKMU di bidang manufaktur aluminium ekstrusi.

“Target tersebut terlihat lebih tinggi 93,54% dibanding realisasi produksi pada 2018 sebanyak 6.200 ton. Itu karena perseroan pada tahun ini akan memperluas pasar ekspor aluminium ekstrusi ke Australia dan Canada,” ujar Ngasidjo Achmad, Presiden Direktur HKMU, dalam paparan publik di Jakarta, Senin (17/06/2019).

Ngasidjo mengemukakan, perseroan pada 2018 lalu telah melakukan ekspor perdana aluminium ekstrusi ke Amerika dan Belanda. Dalam rangka ekspor ke Australia, perseroan saat ini sedang dalam proses pembuatan sertifiksi DNV GL sebagai syarat ekspor.

“Sertifikat tersebut diharapkan dapat kami peroleh pada September tahun ini, sehingga kami dapat melakukan ekspor tersebut pada triwulan keempat tahun ini,” tukas Ngasidjo.

Ngasidjo menuturkan, perluasan pasar ekspor aluminium ekstrusi tersebut bertujuan untuk mendorong peningkatan penjualan perseroan pada tahun ini. Manajemen HKMU menargetkan penjualan sebesar Rp1,645 triliun pada 2019, atau lebih tinggi sekitar 90% dibandingkan dengan realisasi penjualan pada 2018 sebesar Rp865 miliar.

“Kami menargetkan 65% dari penjualan konsolidasi tahun ini berasal dari sektor manufaktur, terutama ekspor aluminium ekstrusi. Kemudian sisanya 35% diharapkan berasal dari kegiatan perdagangan perseroan,” papar Ngasidjo.

Ngasidjo mengungkapkan, manajemen HKMU pada tahun ini masih akan terus mendorong pengembangan industri manufaktur aluminium ekstrusi perseroan dengan melakukan berbagai pembelian mesin-mesin produksi lainnya.

“Karena itu, kami mengalokasikan belanja barang modal (capex) sebesar Rp97 miliar untuk tahun ini. Dana capex yang kami akan gunakan itu berasal dari dana hasil Penawaran Umum Perdana Saham (PUPS). Adapun sisa dana PUPS tersebut akan kami gunakan untuk biaya operasional (Operating Expense/Opex),” pungkas Ngasidjo. (Abraham Sihombing)