Bayar Utang, Cadangan Devisa RI Tergerus US$ 4 Milyar

Oleh : Ahmad Fadli | Jumat, 14 Juni 2019 - 06:33 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta-  Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei terpantau tergerus hingga US$4 miliar dibandingkan posisi pada akhir April 2019. Penurunan cadangan hingga 3,22% secara month to month ini disebabkan pembayaran utang yang dilakukan pemerintah.

“Penurunan cadangan devisa pada Mei 2019 tersebut terutama dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (13/6/2019).

Tergerusnya cadangan devisa pada akhir bulan kelima membuat posisinya berada di angka US$120,3 miliar. Padahal sebelumnya pada akhir April, posisi cadangan devisa Indonesia masih berada di angka US$124,3 miliar.

Sebelumnya, Bank Indonesia melansir pada akhir kuartal I-2019, utang luar negeri Indonesia tercatat berada di angka US$387,6 miliar. Nilai tersebut tumbuh 7,9% dibandingkan data utang luar negeri periode yang sama tahun sebelumnya.

Jumlah utang luar negeri Indonesia terdiri atas utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$190,5 miliar. Ada pula tambahan utang swasta, termasuk BUMN, sebesar US$197,1 miliar.

Pertumbuhan utang luar negeri dipandang tetap aman. Mengingat pula bahwa struktur utang luar negeri masih didominasi utang berjangka panjang. Porsinya mencapai 86,1% dari total utang luar negeri per akhir kuartal I.

Terhadap kondisi utang luar negeri Indonesia per akhir kuartal I-2019, BI tetap memandang struktur ULN Indonesia dalam kondisi sehat. Indikatornya tercermin, antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal I 2019 yang relatif stabil di kisaran 36,9%.

 Selain karena pembayaran utang, tergerusnya cadangan devisa per akhir Mei disebabkan Selain berkurangnya penempatan valas perbankan di BI. Pengurangan tersebut sebagai antisipasi kebutuhan likuiditas valas terkait siklus pembayaran dividen beberapa perusahaan asing dan menjelang libur panjang Lebaran 2019.

Walaupun tergerus US$4 miliar, Onny meyakini, cadangan devisa Indonesia tetap berada di posisi aman. Di mana nilai devisa sedemikian besar setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah.  “Berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” tegasnya.

Dengan demikian, menurutnya cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Namun ke depan, bank sentral akan memastikan cadangan devisa tetap memadai dengan didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik.