Triwulan I/2019, Industri Manufaktur Mampu Tumbuh di Atas Ekonomi Nasional

Oleh : Ridwan | Senin, 27 Mei 2019 - 17:10 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyebutkan, sejumlah industri manufaktur mampu berkinerja di atas pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi nasional di periode tiga bulan tahun ini sebesar 5,07 persen.

"Sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 18,98 persen," kata Airlangga di Jakarta, Senin (27/5). 

Kemudian, lanjutnya, disusul industri pengolahan tembakau yang tumbuh hingga 16,10 persen, kemudian industri furnitur tumbuh 12,89 persen serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang tumbuh 11,53 persen.

Kinerja positif juga diikuti oleh industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman yang mengalami pertumbuhan 9,22 persen, industri logam dasar tumbuh 8,59 persen, serta industri makanan dan minuman tumbuh 6,77 persen. 

Sebagian besar industri-industri tersebut adalah yang sedang mendapat prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. 

"Sektor ini yang memiliki dampak ekonomi besar dan kriteria kelayakan implementasi industri 4.0, serta dilihat dari kontribusi terhadap PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi dan kecepatan penetrasi pasar," paparnya.

Bahkan, Airlangga menyampaikan, industri manufaktur merupakan sektor yang menyumbang cukup signfikan bagi total investasi di Indonesia. Pada triwulan I tahun 2019, industri pengolahan nonmigas berkontribusi sebesar 18,5% atau Rp16,1 triliun terhadap realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Adapun tiga sektor yang menunjang paling besar pada total PMDN tersebut di tiga bulan awal tahun ini, yakni industri makanan yang menggelontorkan dana mencapai Rp7,1 triliun, disusul industri logam dasar Rp2,6 triliun dan industri pengolahan tembakau Rp1,2 triliun.
  
Selanjutnya, industri manufaktur juga menyetor hingga 26% atau USD1,9 miliar terhadap realisasi penanaman modal asing (PMA). Tiga sektor yang menopangnya, yaitu industri logam dasar sebesar USD593 juta, diikuti industri makanan USD376 juta serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia USD217 juta. 

Meskipun neraca perdagangan secara nasional mengalami defisit pada triwulan I-2019, beberapa sektor industri masih menghasilkan neraca perdagangan yang positif, di antaranya industri makanan dan minuman dengan ekspor sebesar USD6,4 miliar dan impor sekitar USD2,38 miliar, kemudian industri tekstil dan pakaian jadi dengan nilai ekspor sebesar USD3,38 miliar dan impor sekitar USD2,03 miliar.

Pemerintah terus berupaya memperluas pasar ekspor dengan percepatan penyelesaian kerja sama perdagangan dengan negara-negara mitra serta meningkatkan ekspor ke negara-negara non-tradisional. 

"Selain itu, pemerintah mendorong penumbuhan industri antara, agar dapat mengurangi ketergantungan impor," pungkasnya.