Wapres JK: Revolusi Industri 4.0 Mampu Dongkrak Perusahaan Kecil Nasional Mendunia

Oleh : Ridwan | Senin, 15 April 2019 - 17:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Tangerang - Teknologi industri 4.0 dinilai mampu mendongkrak perusahaan kecil dan menegah di Indonesia berdaya saing di era persaingan industri global. 

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla seusai pembukaan pada pembukaan Indonesia Industrial Summit (IIS) 2019 di Tangerang, Senin (15/4).

"Melalui teknologi perusahaan kecil dapat mendunia, bekerja bisa berubah dimana saja. Perusahaan kecil dan besar tidak bisa dipisahkan lagi," kata Wapres JK.

Menurut JK, teknologi industri 4.0 telah merubah sistem kerja di Indonesia. "Dahulu, laba menjadi keuntungan bagi perusahaan, sekarang di era revolusi industri 4.0, value lah yang menjadi laba bagi perusahaan," terangnya.

Namun, lanjutnya, penguasaan teknologi dan sistem menjadi inti dari senua perubahan yang saat ini terjadi di industri nasional.

"Perubahan yang terjadi harus ditanggapi dengan cepat. Perubahan juga akan menimbulkan pekerjaan baru, dan tidak menghilangkan pekerjaan yang lama," tutur Wapres.

Wapres juga menekankan bahwa pekerjaan fisik masih menjadi penopang utama di sektor industri kedepannya. "Pekerjaan fisik masih menjadi inti dsri perkembangan teknologi tersebut," papar JK.

Oleh karena itu, tuturnya, kerja sama antar semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha, akademisi serta ahki teknologi menjadi sangat penting dalam perkembangan teknologi di Indonesia.

"Teknologi tidak bisa dihindari, maka tentu bagaimana kita memanfaatkan teknologi yang sudah ada," imbuhnya.

Menurut Wapres, sudah saatnya industri nasional perlu memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas secara lebih efisien. 

"Perubahan-perubahan tersebut tidak lagi bisa ditolak, tetapi harus direbut peluang dan manfaat atas kemajuan teknologi, terutama era industri 4.0, guna memajukan sektor manufaktur nasional agar berdaya saing global," jelas JK.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri manufaktur memegang peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Saat ini, industri manufaktur mampu memberikan kontribusi kepada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional  sebesar 20 persen.

"Dari capaian 20 persen tersebut, Indonesia menempati peringkat kelima di antara negara G20, kata Airlangga.

Posisi Indonesia berada setelah China, dengan sumbangsih industri manufakturnya mencapai 29,3 persen. Kemudian, disusul Korea Selatan (27,6%), Jepang (21%) dan Jerman (20,7%). 

"Kalau kita lihat rata-rata kontribusi manufaktur dunia saat ini sekitar 15,6 persen. Jadi, sudah tidak ada satu negara di manapun yang di atas 30 persen," ungkap Menperin.

Lebih lanjut, menurutnya, jika dibandingkan era tahun 90-an ketika kontribusi manufaktur Indonesia yang saat itu menyentuh angka 30 persen, tetapi PDB Indonesia secara keseluruhan adalah USD95 miliar. 

"Nah, sekarang 20 persen itu dari USD1000 triliun. Jadi tentu magnitude-nya berbeda. Dulu sekitar USD300 miliar, saat ini skalanya sudah naik 10 kali," papar Airlangga.