Sektor Semen Mulai Menggeliat, Kinerja Keuangan akan Positip

Oleh : Herry Barus | Selasa, 09 April 2019 - 20:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Setelah lebih dari 5 tahun industri semen memperlihatkan kinerja negatif akibat kelebihan kapasitas, sebagai dampak banyaknya pemain semen baru yang meramaikan pasar, tahun ini, industri sector semen diperkirakan akan membukukan kinerja positif untuk yang pertama kalinya dengan rasio antara kapasitas dan permintaan yang semakin meningkat.

Bahana Sekuritas memperkirakan permintaan semen sepanjang tahun ini akan bertumbuh sekitar 4% - 5%, tidak jauh berbeda dengan permintaan tahun lalu, atau berada pada kisaran 74-75 juta ton. Namun yang menyebabkan kinerja sektor semen akan lebih baik sepanjang 2019, karena kapasitas industri diproyeksikan sebesar 110 juta ton.

Sektor semen terakhir kali mengalami masa gemilang pada 2012, saat konsumsi mencapai 48 juta ton dengan kapasitas industri sebesar 50 juta ton sehingga rasio kedua mendekati 100%. Melihat permintaan semen yang sangat besar, banyak pemain kecil yang ikut meramaikan sekor ini sehingga oversupply terus terjadi hingga 2017, yang membuat perang harga tidak dapat dihindari, sehingga membukukan kinerja negative.

Perusahaan Sekuritas milik PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini menilai, tahun ini akan menjadi tahun pertama bagi sector semen membukukan kinerja positif seiring dengan nilai tukar yang stabil dan turunnya harga batu bara karena sekitar 60% - 70%, beban biaya industri semen berasal dari nilai tukar dan penggunaan batu bara sebagai bahan bakar produksi. Ditambah lagi, pada semester 2 tahun lalu, industri sudah menaikkan harga meski baru sekitar 5%.

‘’Pada kuartal pertama tahun ini, beberapa perusahaan semen sudah akan membukukan kinerja positif sebagai dampak dari kenaikan harga yang terjadi sejak tahun lalu dan nilai tukar yang menguat serta masih turunnya harga batubara,’’ terang Analis Adrianus Bias Prasuryo. Naiknya permintaan pada tahun ini juga berasal dari sektor properti yang di beberapa tempat sudah terlihat ada permintaan meski masih didominasi dari kelas menengah ke bawah, tambahnya.

Kedepan dengan kondisi perekonomian yang semakin baik, diperkirakan permintaan terhadap properti juga akan semakin besar sehingga akan mendongkrak penjualan semen, serta penguatan rupiah yang berkelanjutan dan potensi turunnya harga batubara akan semakin membuka kinerja positif bagi sector semen, demikian sebaliknya pelemahan rupiah, naiknya harga batubara serta stagnannya permintaan properti bisa menjadi risiko bagi industri semen.

Dengan prospek positif ini, Bahana Sekuritas memberi rekomendasi beli untuk saham PT Indocement Tunggal Perkasa, dengan target harga Rp 22.200/lembar saham. Perusahaan berkode saham INTP ini akan mendapat keuntungan dari redanya kompetisi khususnya wilayah Jawa Barat dan perseroan juga tahun lalu membukukan profit yang sangat rendah sehingga hal ini akan berdampak pada peningkatan profit yang cukup tinggi pada tahun ini, serta aksi merger dan akuisisi yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, sudah akan menyumbang kinerja positif bagi profit perseroan.

Sementara itu, Bahana Sekuritas merekomendasikan tahan untuk saham PT Semen Indonesia (SMGR), dengan target harga Rp 13.200 dan hal yang sama berlaku untuk saham PT Holcim Indonesia atau yang dikenal dengan kode saham SMCB, dengan target harga Rp 2.100, serta saham PT Semen Baturaja atau berkode saham SMBR dengan target harga Rp 1.570.