Anugerah Indonesia Maju 2018-2019: Mendorong Indonesia Maju, Bukan Zigzag, Apalagi Mundur

Oleh : Herry Barus | Selasa, 09 April 2019 - 06:48 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Rakyat Merdeka, The Political News Leader dan Warta Ekonomi, media ekonomi dan bisnis terkemuka  menyelenggarakan  Anugerah Indonesia Maju 2018-2019. Anugerah ini menjadi sarana apresiasi kepada para tokoh-tokoh di Indonesia yang telah memberikan kontribusi yang nyata kepada Indonesia.

Menurut Direktur Utama dan Founder Rakyat Merdeka, Margiono, filosofinya dari anugerah ini sangat dalam. Saat ini, kondisi Indonesia dalam posisi persimpangan untuk maju. Ada sekelompok masyarakat yang hanya memiliki kepentingan pribadi dan kelompoknya, tanpa mengindahkan kepentingan Indonesia yang lebih besar. Di sisi lain, ada yang ingin membuat Indonesia lebih maju dan menjadi salah satu negara besar di dunia. 

Oleh karena itu lanjut Margiono, sangat dibutuhkan dorongan yang kuat untuk memajukan Indonesia. Tindakan tanpa keragu-raguan dari stakeholder Indonesia menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam kondisi tersebut. Kebulatan tekad yang diwujudkan dalam aksi nyata untuk maju harus menjadi mindset stakeholder. Oleh karena itu, tegas Margiono, kami menginisiasi Anugerah Indonesia Maju 2018-2019.

“Tokoh-tokoh yang memperoleh penghargaan ini memiliki komitmen, semangat, dan langkah-langkah kongkrit untuk Indonesia Maju. Tokoh-tokoh itu tidak menginginkan Indonesia zigzag berspekulasi, mandek, apalagi mundur,” tandas Margiono yang juga Ketua Dewan Penasihat PWI Periode 2018-2023.

Adanya Anugerah Indonesia Maju kali ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada seluruh elemen bangsa ini untuk bertindak dan beraksi dalam kerangka yang sama. Bertindak dan beraksi untuk satu tujuan, Indonesia Maju.

Tantangan Ekonomi dan Bisnis untuk Indonesia Maju

Dalam tantangan memajukan ekonomi Indonesia, seluruh elemen bangsa harus bergerak bersama-sama untuk menjadikan Indonesia naik kelas. Bank Dunia mencatat hanya 13 negara dari 101 negara yang berhasil keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap) menjadi negara maju berpenghasilan tinggi. Indonesia adalah negara berkembang yang optimistis untuk naik kelas. Indonesia membutuhkan waktu hingga 2036 untuk terlepas dari income trap, dengan mencapai pendapatan per kapita di atas US$12.476. Adapun syaratnya adalah rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mencapai 5,7% per tahun.

Untuk naik kelas menjadi negara maju, Indonesia harus melalui beberapa syarat. Syarat utamanya adalah pembangunan infrastruktur. Infrastruktur merupakan kunci dari pertumbuhan ekonomi berkualitas. Banyak negara maju yang infrastrukturnya sudah terintegrasi, seperti transportasi yang terhubung mulai dari pusat perkotaan, pusat industri, pusat produksi, bandara serta pelabuhan.

Syarat kedua, peningkatan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing, terutama dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan ekonomi digital. Sumber daya manusia merupakan pondasi dari ekonomi suatu negara. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas, suatu negara tidak akan maju.

“Kita semua harus memiliki tekad yang sama untuk menyelesaikan masalah-masalah bangsa. Kepentingan bangsa adalah nomor satu,” kata Presiden Komisaris Warta Ekonomi, Fadel Muhammad.

Menurut Fadel, prasyarat kemajuan Indonesia tidak lepas dari kemajuan perekonomian di daerah-daerah. Oleh karena itu, perekonomian daerah harus turut mendapatkan dorongan yang kuat untuk maju bersama.

Dalam anugerah ini terbagi dalam lima kelompok yang penerima. Pertama, Korporasi Merah Putih. Kedua, BUMN Merah Putih. Ketiga, Menteri dan Pejabat Negara Merah Putih. Keempat, Tokoh Merah Putih. Kelima, Anugerah Khusus.

Dalam penentuan penerima anugerah tersebut, sejumlah langkah dilakukan dalam rangkaian riset. Tahap-tahap tersebut adalah riset kualitatif melalui desk research. Kemudian dilanjutkan dengan penjurian awal, media monitoring dan penjurian tim Rakyat Merdeka dan Warta Ekonomi.

Khusus untuk kategori Anugerah Khusus, penentuan penerima apresiasi dibantu oleh tiga juri, yakni Suryopratomo, tokoh pers Indonesia, Tjipta Lesmana, akademisi yang juga pakar politik terkemuka di Indonesia dan Hasnul Suhaemi, tokoh bisnis yang pernah menjadi direktur utama perusahaan papan atas.