Hipmi: Hotel dan Restoran Sepi Imbas Naiknya Tiket Pesawat

Oleh : Ahmad Fadli | Jumat, 05 April 2019 - 10:21 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta- Kalangan pelaku usaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menyayangkan masih mahalnya harga tiket pesawat. Tingginya harga tiket pesawat berdampak langsung kepada masyarakat.

"Jadi gini kalau konteks harga tiket pesawat, Hipmi sebenarnya menyayangkan ya karena tiket pesawat itu langsung berpengaruh terhadap masyarakat," kata Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Tax Center, Ajib Hamdani di Jakarta, Kamis (4/4/2019).

Menurutnya, tingginya harga tiket pesawat mempengaruhi secara cost ekonomi. Sebab, beban yang dikeluarkan masyarakat terhadap tiket merupakan dari biaya logistik perjalanan, baik perjalanan dinas, pribadi maupun bisnis.

"Tapi intinya dengan harga tiket tinggi maka ekonomi cost kita lebih tinggi. Kalau ekonomi cost tinggi itu tidak bagus buat bisnis," imbuhnya.

Ajib menambahkan, tingginya harga tiket pesawat ini juga akan mempengaruhi pendapatan seluruh daerah. Terutama adanya penurunan tingkat hunian hotel di setiap-setiap daerah.

"Impact-nya bukan hanya di kita tapi di daerah. Ketika saya jarang datang ke daerah ini yang impactnya daerah loh tingkat hunian hotelnya, restoran dan cafenya dia membawa multiplayer efek ketika siklus perpindahan orang tinggi. Maka di situ ada sebuah siklus ekonomi jadi bukan hanya bicara sekadar tiket, tapi bagaimana harga tiket itu membawa ke multiplayer efek, yang saya pikir kalau harga tiket bisa disesuaikan maka daerah itu bisa maju," bebernya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan penumpang pesawat pada Februari 2019 sebesar 15,46 persen. Hal tersebut antara lain disebabkan kenaikan harga tiket pesawat pada awal tahun.

"Memang bulan Februari jumlah hari lebih pendek. Yang kedua memang persoalan harga tiket yang menjadi keluhan dan itu terlihat di berbagai airport. Itu untuk penerbangan domestik," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin (1/4).

Suhariyanto mengatakan, jumlah penumpang angkutan udara domestik pada Februari 2019 sebanyak 5,6 juta orang. Angka ini turun 15,46 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,6 juta penumpang.

"Jumlah penumpang angkutan udara Februari 2019 sebesar 5,63 juta orang turun jauh dibandingkan Januari 2019 sebesar 6,66 juta orang," jelasnya.

Penurunan jumlah penumpang terjadi di seluruh bandara utama yang meliputi Bandara Kualanamu-Medan sebesar 29,17 persen, Hasanuddin- Makassar 19,11 persen, Ngurah Rai-Denpasar 16,73 persen, Juanda- Surabaya 15,56 persen, dan Soekarno Hatta-Jakarta 7,40 persen