Kadin Bantu Pemerintah Perluas Pasar Ekspor Produk Hasil Industri

Oleh : Ridwan | Jumat, 01 Maret 2019 - 14:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama pemerintah mendorong upaya memperluas pasar ekspor bagi produk-produk hasil industri.

Saat ini selain para pelaku ekspor, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan kementerian atau lembaga terkait dengan ekspor tengah memberi perhatian serius pada peningkatan ekspor.

"Promosi ekspor terus dilakukan begitu pun terkait pendanaan dan SDM ekspor perlu terus didorong untuk peningkatan ekspor nasional. Penyederhanaan prosedur dan percepatan proses administrasi juga perlu dilakukan," ungkap Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani di sela-sela Dialog Ekspor Kadin di Hotel JS Luwansa, Jakarta (28/2/2019).

Dialog ekspor tersebut mengambil tema “Akselarasi Ekspor Hasil Industri Melalui Optimalisasi Inovasi dan Efisiensi Logistik”. Selain memetakan permasalahan ekspor industry, dialog tersebut membahas solusi atas permasalahan ekspor, khususnya dengan mengefisienkan logistik dan mengoptimalkan ekspor berbasis industri manufaktur.

Seperti diketahui, beberapa produk unggulan manufaktur nasional yang tengah ditingkatkan nilai ekspornya ke negara-negara tujuan ekspor, antara lain makanan dan minuman, tekstil, pakaian, alas kaki, serta minyak kelapa sawit dan turunannya.

Sementara itu, porsi biaya logistik menyumbang sekitar 40% dari harga ritel barang, dan komponen terbesar dari logistik, yaitu 72% adalah ongkos transportasi.

"Biaya logistik masih tinggi, namun Kadin tentunya menyambut baik upaya pemerintah melakukan Perbaikan Sistem Logistik Nasional untuk mempercepat pengembangan usaha dan daya saing penyedia jasa logistik," ungkap Rosan.

Menurutnya, industri manufaktur berperan besar dalam mendongkrak peningkatan nilai ekspor Indonesia.

"Industri manufaktur memiliki potensi besar dan diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta menekan defisit perdagangan," tutup Rosan.