Dongkrak Ekspor, Kadin Minta Pemerintah Berikan Insentif

Oleh : Ridwan | Selasa, 29 Januari 2019 - 13:45 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan perlambatan ekonomi China menjadi perhatian besar pengusaha Indonesia, utamanya para eksportir yang meminta adanya insentif dari pemerintah untuk menggenjot ekspor.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, cara mengantisipasi perlambatan ekonomi China adalah dengan menjalankan bisnis dengan lebih efisien.

Rosan mengaku pihaknya telah meminta pemerintah agar memberikan insentif bagi eskportir yang kinerjanya membaik tahun ini. 

"Kami mengantisipasi (perlambatan ekonomi global) dengan lebih efisien, kami juga berbicara dengan pemerintah apa bisa kami menerima insentif apabila melakukan banyak ekspor," ujar Rosan (28/1/2019) kemarin.

Permintaan insentif tersebut wajar dilakukan, bila nantinya benar-benar ekonomi Tiongkok terus menunjukkan perlambatan. Sebab perdagangan Indonesia dengan Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai sekitar 15% dari total seluruh perdagangan Indonesia. 

"Penurunan dari pertumbuhan China, dampaknya akan lebih terasa di kita karena kalau dilihat perdagangan Indonesia dengan China itu kurang lebih 15 persen dari total perdagangan, dengan Amerika hanya 10 persen," ungkap dia.

Saat ini, kata Rosan, China banyak menyerap barang-barang dan komoditas Indonesia. Salah satu yang paling besar adalah batu bara. 

"Dengan pelemahan pertumbuhan China yang diperkirakan melemah pada 2019 ini, tentunya akan ada berdampak bagi dunia usaha," terangnya. 

Hingga saat ini yang masih menjadi fokus pengusaha adalah tensi perang dagang antara China dan AS. Sebelumnya, pada pertemuan G20 di Buenos Aires, Gedung Putih sepakat menunda kenaikan bea impor terhadap produk Tiongkok selama 90 hari. Sementara Beijing berjanji membeli lebih banyak barang dari AS. Perjanjian ini akan segera berakhir pada Maret 2019.

Dikutip dari bisnis.com pada 22 Januari 2019, China melaporkan pertumbuhan ekonomi terendah mereka dalam hampir 30 tahun terakhir. Seiring dengan perlambatan laju ekonomi, pada beberapa bulan mendatang, pasar tenaga kerja diperkirakan ikut melambat.

Perlambatan ini juga telah berlangsung sejak tahun lalu. Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) China, pertumbuhan ekonomi China tumbuh 6,5 persen pada kuartal III/2018 secara tahunan. Laju tersebut sekaligus menjadi yang terlemah sejak kuartal I/2009 ketika terjadi krisis keuangan global.

Data ekonomi tersebut memperlihatkan bahwa permintaan domestik di China mulai melemah seiring dengan berkurangnya aktivitas manufaktur hingga investasi infrastruktur dan pengeluaran konsumen akibat kampanye pemerintah yang ingin mengurangi pinjaman berisiko.