Teater Pojok Pentaskan Zonder Lentera di GBB TIM

Oleh : amazon dalimunthe | Jumat, 25 Januari 2019 - 19:12 WIB

INDUSTRY.co.id -JAKARTA—Kelompok teater remaja Pojok untuk kali kedua akan mementaskan sebuah lakon lawas yang ditulis pada tahun 1930 oleh tokoh peranakan kenamaan yaitu Kwee Tek Hoay yang berjudul Zonder Lentera. Pentas akan dilaksanakan di tempat prestise Graha Bhkati Budhaya Taman Ismail Marzuki pada Sabtu (26/1) pukul 20.0 malam dan Minggu (27/1) sore pukul 15.00

Pentas ini  didukung oleh berbagai macam instansi terkait seperti Simpu] Interaksi Teater Jakarta Selatan ( SINTESA ) serta Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia ( ASPERTINA ) dan Yayasan Tridarma Indonesia, PERMATA, Join kopi Bulungan, Gaia Production, Ticn Batik Coastal, Media Havefun dan Cosmopolitan serta tentunya pihak dari keluarga Kwee Tek Hoay itu sendiri.

Pertunjukan juga dimaksudkan untuk  memperingati hari raya  Imlek 2019 serta dalam rangka memperkenalkan bahasa sastra melayu.

Menurut Tamimi Rutjita dan Yasya Arifa selaku sutradara dan pertunjukan ini, alasan mereka memainkan naskah Zonder Lentera ini adalah karena lakon ini sangat kontekstual dengan tahun 2019 ini atau juga tahun Pemilu. Tahun yang seharusnya menjadi pasta demokrasi yang menyenanglam bagi rakyat Indonesia, namun malah menjadi tahun yang penuh komedi dan _ satire karena hoax yang terus diciptakan dan tokoh-tokoh yang seharusnya menjadi panutan masyarakat

Sementata menurut Iqbal selaku Pimpinan Produksi dari pertunjukan ini, alasan mereka kembali memainkan naskah dari Kwee Tek Hoay adalah karena dia ingin mengkampanyekan bahasa Melayu Tionghoa atau juga disebut bahasa Melayu Pasar atau juga Bahasa Melayu rendahan kepada masyamkat Indonesia. “Bahasa ini  sudah tidak banyak diketahui lagi oleh masyarakat saat ini atau juga generasi milcenial, padahal menurutnya bahasa melayu ini dulu pada jamannya pemah menjadi bahasa Lingua Franca tidak hanya di nusantara namun juga di Asia Tenggara.

Teater Pojok sendiri sudah berdiri sejak tahun 2013 lalu dan saat ini sudah mementaskan 22 kali pentas. Mereka mengambil aliran teater realis dan banyak mengambil naskah –naskah dari hikayat cerita lama. Selain karena keinginan untuk mengangkat bahasa melayu pasar, juga karena naskahnya selalu actual dengan situas kekinian. (AMZ)