Produksi Sarung Tangan Sintesis, Menperin Apresiasi Medisafe Technologies

Oleh : Ridwan | Jumat, 24 Februari 2017 - 13:40 WIB

INDUSTRY.co.id, Deli Serdang - Menteri Perindustrian memberikan apresiasi kepada PT. Medisafe Technologies atas penambahan lapangan kerja baru bagi masyarakat khususnya di Sumatera Utara melalui investasi perluasan Glove Plant 6 senilai USD 25 juta untuk memproduksi sarung tangan sintetis.

Medisafe menjadi produsen sarung tangan yang memenuhi kebutuhan dan standar internasional untuk sarung tangan jenis lateks, nitrile dan polikloropren.

"Kami berharap pula perkembangan industri sarung tangan karet akan berjalan dengan sukses tanpa adanya hambatan atau rintangan, sehingga perolehan devisa melalui ekspor akan terus meningkat" ungkap Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto saat peresmian Glove Plant 6 PT. Medisafe Technologies di Deli Serdang, Sumatera Utara (23/2/2017).

Pemerintah sangat mendukung upaya-upaya pengembangan yang dilakukan PT. Medisafe Technologies, sebagai pertanda bahwa peluang usaha di Indonesia sangat terbuka.

Sementara itu, Chairman Medisafe dan YTY Group, Vikram Hora mengungkapkan, Medisafe adalah produsen sarung tangan sintetis sekali pakai terbesar di Indonesia. Produk yang dihasilkannya, 99 persen diekspor ke Amerika Serikat dan Eropa.

"Saat ini kami telah memiliki pabrik canggih terbaru yang memproduksi sarung tangan sintetis sekali pakai untuk kegiatan medis dengan kapasitas lebih dari 600 juta buah" terangnya.

Sehingga dengan tambahan investasi tersebut, kapasitas produksi perusahaan meningkat menjadi 2,7 miliar sarung tangan per tahun dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.700 karyawan.  

Investasi ini menjadi bukti dari komitmen perusahaan untuk terus berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia, salah satunya dengan membangun proyek padat teknologi yang canggih.

Sebagai pelopor sarung tangan generasi lanjut, Vikram menyampaikan, Medisafe dan YTY Group saat ini adalah mitra manufaktur dari sejumlah besar distributor sarung tangan terbesar dan terefisien di dunia.

"Dari total produksi kami di Indonesia, hanya satu persen untuk memenuhi permintaan dalam negeri karena selebihnya diekspor" tutup Vikram.