Rhenald Kasali: Indonesia Masih Jadi Negara Dengan Pertumbuhan Ekonomi yang Baik di Dunia

Oleh : Ridwan | Kamis, 17 Januari 2019 - 14:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Praktisi bisnis yang juga Guru Besar bidang Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Profesor Dr Rhenald Kasali menyampaikan, saat ini di dunia sedang memasuki era norma baru. Ini ditandai dengan tidak ada lagi pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen.

"Jadi, kita melihat di masa lalu dengan hari ini memang tidak sama. Maka itu, kita harus bersyukur bahwa kita sekarang masih menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik di dunia," katanya di Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Menurut Rhenald, pembangunan industri diperlukan penopang yang kuat, antara lain melalui aspek pembiayaan, kepastian hukum, iklim usaha yang kondusif, dan ketersediaan sumber daya manusia. 

"Misalnya regulasi mengenai ekspor dan impor ataupun pajak, juga harus menjadi satu kesatuan. Sebab, kita ingin membangun industri, bukan hanya sekadar pabrik," ungkapnya.

Dia juga mengapresiasi langkah pemerintah yang telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0. "Bahagialah kita sebagai negara yang sudah punya roadmap. Kita harus terus semangat dan optimisme dalam membangun negeri ini," tandasnya.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan, Indonesia sudah masuk menjadi negara industri. Pertumbuhan industri saat ini dinilainya masih positif. 

"Guna mendongkrak kinerja sektor manufaktur, selain diperlukan pembangunan infrastruktur, pemerintah juga harus pandai memilih perjanjian perdagangan," tuturnya.

Benny berharap, Indonesia dalam melakukan perjanjian perdagangan harus mempertimbangkan dengan seksama dan ada persiapan yang matang.

“Peluang ekspor Indonesia yang perlu ditingkatkan terutama ke pasar-pasar baru, seperti negara-negara Afrika dan Timur Tengah," ucapnya.

Sementara itu, Sektetaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan, guna memperluas pasar ekspor bagi produk industri, diperlukan kualitas yang kompetitif. 

Untuk itu, Kemenperin terus mendorong industri meningkatkan produktivitas dan melakukan berbagai inovasi agar bisa bersaing di kancah global. 

"Beberapa upaya yang harus dilakukan oleh industri adalah dengan memberikan sentuhan teknologi terkini pada produknya. Selain itu, melaksanakan pembangunan SDM," imbuh Haris. 

Mengenai pemanfaatan teknologi terbaru, Kemenperin memiliki program restrukturisasi mesin dan peralatan produksi untuk industri.

“Dalam kaitan dengan permesinan ini, salah satunya sudah kita lakukan di sektor tekstil. Agar bisa memacu industri tekstil dan produk tekstil, harus didukung permesinan lebih canggih," ujarnya.

Menurut Haris, industri tersebut adalah sektor yang mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak dan berorientasi ekspor. Program peremajaan mesin dan peralatan ini, telah dilakukan sejak tahun 2008. Saat ini, sektor yang dirambah untuk restrukturisasi mesin sudah lebih banyak.

Dalam persaingan industri di kancah global, Indonesia berupaya mengungguli negara-negara berkembang lainnya atau emerging countries. Negara-negara itu menggunakan permesinan yang lebih modern, sehingga dalam segi produktivitas lebih tinggi. 

"Jadi apabila ingin bersaing, Indonesia pun harus mengimbanginya, sehingga restrukturisasi mesin sangat penting sekali bagi peningkatan produktivitas industri," imbuhnya.

Haris optimistis, produktivitas industri di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dan semakin berdaya saing di kancah global.

“Tentunya, kita harus mendorong bagaimana produktivitas bisa naik melalui permesinan. Kalau kita ingin berdaya saing, produktiktivitasnya harus tinggi. Itu kata kunci," tegasnya.