Awal Pekan IHSG Bergerak Positif

Oleh : Wiyanto | Senin, 26 November 2018 - 07:06 WIB

INDUSTRY.co.id

Jakarta - Diperkirakan IHSG masih akan bergerak pada zona positif nya dengan support resistance 5975-6055. Saham-saham yang masih dapat dicermati diantaranya TBLA, LSIP, INKP, ADRO, ITMG, PTBA.

"Pergerakan IHSG secara teknikal menguat terbatas masih diatas level support MA5 Indikasi cukup positif. Pola pergerakan berindikasi optimis menguji target FR161.8% pada kisaran 6155 jika pergerakan IHSG masih terus kuat diatas level 6000. Indikator Stochastic dan RSI jenuh pada area overbought sehingga membuka peluang penguatan yang kembali tertahan diawal pekan," kata analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi di Jakarta, Senin (26/11/2018).

Akhir pekan ekuitas Asia ditutup mayoritas melemah. Indeks HangSeng (-0.35%) dan Shanghai (-2.21%) melemah ditengah bursa saham di Jepang tutup libur. Sektor teknologi melemah karena kekhawatiran AS sedang melakukan kampanye melawan huawei technologies. Jatuhnya harga komoditas tambang energy menjadi perhatian investor tentang kekuatan pertumbuhan ekonomi global.

IHSG (+0.26%) ditutup bertahan dilevel psikologis pada pekan ini dengan naik 15.39 poin kelevel 6006.20 setelah sempat terpukul mundur menjelang sesi kedua. Sektor Industri Dasar (+1.62%) dan Konsumsi (+1.59%) menguat mengirim saham-sahamnya pada sektor tersebut menjadi kontributor penguatan IHSG diakhir pekan. Saham INKP (+10.1%), CPIN (+3.32%), HMSP (+2.33%) dan UNVR (+2.49%) menguat signifikan mampu menahan IHSG kembali kelevel 6000. Pemerintah berencana mengkaji ulang formulasi harga bahan bakar untuk RON-88 atau Premium serta usulan formula baru untuk LPG tabung 3kg dan diesel. Rupiah bergerak ditutup menguat 0.25% kelevel Rp14544 per USD. Yield Obligasi 10 tahun turun 3.9bps kelevel 7.913%. Investor asing tercatat net sell 139.43 miliar rupiah.

Bursa saham di Eropa dibuka menguat. Indeks Eurostoxx (+0.34%), FTSE (+0.30%) dan DAX (+0.38%) naik melawan arus pelemahan mayoritas indeks saham di Asia dan gejolak politik di Eropa serta ketidak pastian yang berlebihan terhadap Brexit. Data indeks kinerja manufaktur di mayoritas negara bagian Eropa rilis lebih rendah menyusul data GDP kuartal ke-3 di German yang stagnan.