Kota Pasuruan Berdayakan Seniman Muda Berlatar Belakang Akademik

Oleh : Amazon Dalimunthe | Selasa, 16 Oktober 2018 - 10:05 WIB

INDUSTRY.co.id - JAKARTA-- Globalisasi merupakan tantanga terbesar bagi semua masyarakat Indonesia saat ini. Meski berjalan lewat proses  yang rumit dan  melibatkan semua unsur. Serta memiliki rangkaian panjang dan saling terhubung satu sama lain. Namun secara perlahan akan terjadi penyeragaman.

Hal ini jika tidak diwaspadai, menurut, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Pasuruan, Drs. H. Hardi Utoyo, M.Si, berdampak secara signifikan terhadap berbagai sendi kehidupan dalam bingkai kebudayaan.“Tantangan bagi Pemerintah bagaimana budaya global ini tidak benturan dengan budaya lokal atau Nasional,” ujarnya ketika menyampaikan sambutan di acara pergelaran Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (14/10/2018).

Globalisasi budaya pop, kata Hardi, berhasil mempengaruhi pola perilaku para remaja sekarang ini. “Pergelaran seperti ini adalah upaya pelestarian. Oleh karena itu, untuk memberi keseimbangan upayakan membentuk komunitas seni dan budaya sebanyak-banyaknya. Jika bukan kita siapa lagi yang mau peduli,” ujar pejabat Daerah yang mengaku menjadi pembina belasan kantong kesenian dan budaya di Kabupaten dan Kota Pasuruan ini.

Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur yang diisi grup kesenian dari Kota Pasuruan ini, menampilkan tari dan musik campursari. Tari Ngremo berjudul ‘Gagrak Suropati’ mengawali pertunjukan, yang dibawakan penari profesional, Parrisca Indra Perdana, S.Pd, M.Pd, asal Pasuruan.

Disusul kemudian penampilan tari ’Terbang Bandung’ yang dibawakan delapan penari. Selanjutnya diselingi musik dan nyanyian campursari yang dipandu para Goyon Maton (pembawa acara komedian). Jelang babak akhir rombongan kesenian ini menampilkan drama tari berjudul ’Sambitan’, serta ditutup dengan tarian berjudul ‘Segoro Pujo’.

Juri Pengamat pergelaran ini, Dra. Nursilah, M. Si, mengemukakan, upaya Pemerintah Kota Pasuruan bagus. “Punya strategi yang bagus dengan memberdayakan para seniman muda, lulusan perguruan tinggi dan siswa sekolah seni. Misalnya tim pengrawitnya (pengendang) diserahkan ke beberapa alumni perguruan tinggi seni. Musik tergarap bersih, dan menjadi kekuatan penampilan kesenian ini,” terangnya.

Khusus tari Ngremo yang dibawakan Parrisca Indra Perdana, menurut Nursilah, tak perlu diberi nama baru, ‘Gagrak Suropati’. Sebab yang ditampilkan bukan garapan baru, melainkan ‘Ngremo Boletan’, yang sudah ada sejak dulu. Remo Boletan alais Remo Jombangan merupakan tari yang sangat ekspresif.

Parrisca Indra Perdana, tampaknya menjadi tumpuan kreatif bagi duta seni dari Kota Pasuruan ini. Selain menari, Parrisca juga bertindak sebagai Penata Panggung, Tari dan Musik. Parrisca juga dipercaya untuk menulis cerita drama tari berjudul ’Sambitan’, yang disutradarai Ervin Nuriana S.Pd.

Para Juri Pengamat Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur adalah, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra. Nursilah, M. Si. (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII). (AMZ)