Purnawirawan TNI, Penemu Goa Tokek di Kawasan Wisata Alam Ciwangun Indah Camp

Oleh : Abraham Sihombing | Senin, 15 Oktober 2018 - 08:33 WIB

INDUSTRY.co.id - Bandung Barat – Bagi kita, nama Goa Tokek mungkin terdengar aneh dan sebagian besar orang dapat dipastikan belum pernah mendengar nama tersebut. Mungkin juga, para pemburu tokek berharap goa tersebut adalah goa yang didiami oleh ratusan bahkan ribuan tokek dan dapat dijadikan tempat mengais rejeki mereka dalam berburu tokek. Apakah demikian kenyataannya? Apakah Goa Tokek yang sebenarnya itu?

 

Goa Tokek tersebut terdapat di kawasan wisata alam Ciwangun Indah Camp (CIC) yang berlokasi di Bandung Barat. Kawasan wisata seluas 22 hektar ini dikembangkan oleh seorang purnawirawan TNI AD yang mencintai alam dan keindahannya bernama Haji Kosasih.

 

Kawasan wisata alam CIC yang dikembangkan Haji Kosasih itu bukan karena beliau akan mengembangkan sebuah bisnis yang akan dijadikan andalan hidup di hari tua setelah pensiun dari jabatannya di TNI. Akan tetapi, pengembangan kawasan wisata alam tersebut semata-mata dilakukan untuk membantu dan menopang kehidupan para warga masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan wisata tersebut.

 

Sebelum menjadi kawasan wisata alam, tempat tersebut dahulunya merupakan kebun yang dikelola oleh orang tua Haji Kosasih. Ketika menjelang masa persiapan pensiun, sekali waktu Haji Kosasih berkunjung ke kawasan tersebut untuk bernostalgia masa kecilnya. Alangkah kagetnya ketika beliau mengetahui kondisi di sana.

 

Bermula dari menemukan anak-anak yang tidak sekolah di saat jam-jam pelajaran sekolah belum usai, beliau menanyakan alasan dari anak-anak tersebut tidak bersekolah. Beliau sangat terkejut karena anak-anak tersebut dilarang orang tua mereka agar tidak bersekolah karena penghasilan mereka tidak mencukupi untuk membiayai pendidikan.

 

Sebagian besar orang tua mereka dulunya adalah buruh tani di PT Perkebunan (PTP) VIII. Akan tetapi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut pada 2002 melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Pasca PHK tersebut, sebagian orang tua anak-anak tersebut bekerja di sebuah perkebunan milik swasta yang membayar upah mereka saat itu hanya sebesar Rp12.000 per hari.

 

Kondisi itu mengakibatkan sebagian besar keluarga masyarakat di sekitar PTP VIII tersebut bisa makan pagi tetapi tidak bisa makan sore atau sebaliknya. Untuk membiayai kebutuhan makanan saja mereka sangat memprihatinkan, sehingga banyak anak-anak mereka yang drop out dari sekolah.

 

Dengan keprihatinan mendalam, mantan perwira menengah TNI yang terakhir bertugas di Kodam Jaya, Jakarta, tersebut mulai mencari strategi untuk membantu agar anak-anak tersebut dapat bersekolah lagi. Untuk pertama kalinya, Haji Kosasih mulai memberikan bantuan untuk membiayai pendidikan empat orang anak di tingkat SD. Beliau membayar semua keperluan sekolah keempat anak, mulai dari kebutuhan seragamnya, buku-bukunya hingga uang sekolah alias Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).

 

Sebulan setelah itu, ada lagi anak-anak di sekitar kawasan tersebut yang ingin bersekolah lagi. Haji Kosasih bergembira karena minat anak-anak tersebut untuk bersekolah sangat tinggi. Dengan filosofi hidupnya bahwa sekolah merupakan segalanya bagi kehidupan, Haji Kosasih pada akhirnya menyekolahkan 14 orang anak ketika itu.

 

Demi kesinambungan pembiayaan pendidikan anak-anak tersebut, Haji Kosasih akhirnya bermusyawarah dengan keluarga besarnya untuk membuka lapangan pekerjaan bagi para orang tua anak-anak tersebut. Awalnya, abang dari Haji Kosasih memberikan ide untuk mengembangkan penyewaan vila di kawasan tersebut. Ide tersebut akhirnya disetujui oleh keluarga besar Haji Kosasih dan dijalankan.

 

Melalui berbagai suka duka perjalanan bisnis penyewaan vila tersebut, Haji Kosasih pada akhirnya berhasil melakukan pengembangan sebuah usaha wisata alam di kawasan tersebut dengan nama Ciwangun Indah Camp (CIC).

 

Untuk mengembangkan kawasan tersebut, Haji Kosasih juga mengembangkan berbagai infrastruktur seperti pembukaan lahan baru untuk kebutuhan perluasan kawasan wisata, pembangunan akses jalan yang menghubungkan kawasan wisata alam tersebut dengan jalan raya Kolonel Masturi serta menyediakan berbagai fasilitas wisata di kawasan tersebut, seperti flying fox, shaking bridge, perkemahan, pengembangan tiga air terjun dan yang terakhir adalah wisata menyusuri Goa Tokek.

 

Haji Kosasih membutuhkan waktu empat tahun untuk melengkapi kawasan wisata CIC tersebut. Pada 2005, Haji Kosasih membangun Mesjid yang terletak di bagian paling depan. CIC akhirnya banyak menerima tamu-tamu lokal maupun dari luar kota sejak 2006, yaitu sejak akses jalan menuju Istana Bunga selesai dibangun.

 

CIC saat ini adalah kawasan wisata alam yang istimewa. Disamping berlokasi di kawasan beriklim sejuk, kawasan wisata ini memiliki topografi wilayah yang berliku-liku dan naik-turun serta mengasyikan. Ini menjadi tantangan yang menarik bagi para pengunjung kawasan wisata tersebut, terutama kaum muda. Karena itu, hingga kini CIC masih merupakan pusat kegiatan out bond di daerah Bandung dan sekitarnya.

 

 

Goa Tokek

 

Fasilitas wisata yang terakhir dikembangkan Haji Kosasih di CIC adalah penemuan Goa Tokek. Dinamakan Goa Tokek, karena ketika masyarakat dilanda tren jual-beli tokek yang dijadikan obat, ada seorang pemburu tokek mendapatkan tokek berukuran panjang lebih dari setengah meter di gua yang berlokasi di sekitar hutan pinus dan hamparan perkebunan teh di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (DPL).

 

Akhirnya, banyak orang yang berbondong-bondong mengadu nasib untuk mencari tokek berukuran besar di gua tersebut, hingga pada akhirnya keberadaan tokek di sana menjadi langka. Kondisi tersebut lama-kelamaan menjadi terbengkalai sehingga gua tersebut pada akhirnya tertutup dedaunan serta ranting kering dan rerumputan.

 

Suatu hari, Haji Kosasih membersihkan kawasan wisata CIC dan secara tidak sengaja menemukan gua tersebut. Akhirnya, gua itu dibersihkan para karyawan Haji Kosasih dan dijadikan sebagai salah satu aset penting bagi kawasan wisata CIC.

 

Kini, kawasan gua tersebut dijadikan bumi perkemahan bernama GOA TOKE. Bumi perkemahan ini berkapasitas 10.000 orang. GOA TOKE tersebut pada akhirnya menjadi sebuah ikon menarik bagi kawasan wisata alam di Bandung dan sekitarnya. (Abraham Sihombing)