Depresiasi Rupiah Jadi Kesempatan Bagi Industri Mebel Genjot Kinerja

Oleh : Hariyanto | Jumat, 07 September 2018 - 11:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat sebagian sektor industri terpukul. Namun tidak begitu dengan industri mebel tanah air,  industri ini justru mendapat angin segar dari depresiasi kurs tersebut.

"Sebagian besar orientasi pelaku usaha adalah ekspor. Sebanyak 80 persen bahan bakunya didapat dari lokal," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur di Jakarta, Jumat (7/9/2018). 

Momentum tersebut justru akan digunakan untuk menggenjot kinerja mebel agar bisa memenuhi target ekspor hingga akhir tahun, yakni, US$2 miliar untuk mebel dan US$850 juta untuk kerajinan.

Sepanjang Januari hingga Juni 2018, ekspor furnitur dan kerajinan mampu meraih angka US$1,3 miliar atau tumbuh 9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

"Tapi itu bukanlah keuntungan yang ada dalam rencana kami karena hanya diperoleh dari selisih kurs. Bukan dari kenaikan kapasitas produksi," ungkap Sobur.

Sobur mengungkapkan, tidak masalah dengan kebijakan pembatasan importasi oleh pemerintah. Asalkan, yang dibatasi adalah produk jadi, bukan produk bahan pendukung yang tidak didapati di domestik.

"Intinya, bila ingin mengambil kebijakan, pemerintah harus memiliki perhitungan yang cermat, lalu menyosialisasikannya. Sebab, tanpa sosialisasi dengan stakeholder terkait, malah bisa memicu penurunan ekspor atau bahkan bisa membuat perusahaan ekspor hengkang," tandasnya.