Takut Trauma, Masyarakat Aceh Tolak Pembangunan PLTA Tampur

Oleh : Ahmad Fadli | Kamis, 30 Agustus 2018 - 15:35 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Masyarakat Aceh Tamiang, Matsum mengaku cemas rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Tampur. Sebabnya, pembangunan PLTA Tampur tersebut menggunakan bendungan setinggi 193,5 meter untuk menampung air sungai Tampur, anak sungai dari sungai Tamiang.

Air yang ditampung kemudian dialihkan melalui terowongan sepanjang 190 meter ke turbin di power house dibawah dimana air menggerakkan turbin yang memutarkan generator pembangkit. Setelah melewati turbin, air dialihkan kembali ke sungai.

“Kami masyarakat Tamiang merasa cemas karena kami trauma dengan kejadian banjir bandang yang melanda Aceh Tamiang tahun 2006. Bukannya kami anti pembangunan hanya saja jangan disitu, masih banyak tempat-tempat lain yang bisa menghasilkan listrik tanpa merusak hutan dan menimbulkan bencana,” kata Matsum yang juga anggota komunitas masyarakat penjaga hutan dan sungai, di Jakarta, Kamis (30/8/2018).

Pembangkit listrik yang kapasitasnya mencapai 443 Megawatt ini dikerjakan perusahaan modal asing PT Kamirzu asal Hongkong. Pembangunan PLTA yang berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) menelan investasi cukup besar senilai Rp 40, 5 triliun dimana tahap konstruksi direncanakan akan dimulai pada akhir 2018 agar siap untuk digunakan pada 2025.

Rudi Putra, warga Aceh Tamiang yang juga pegiat lingkungan mengatakan, kondisi tanah di Kawasan Ekosistem Leuser sangat labil. Mudah longsor yang berpengaruh pada usia bendungan.

“Setiap tahun perbukitan di Leuser amblas karena longsor. Bendungan tinggi sangat tidak cocok dibangun karena kondisi tanah yang tidak stabil,” jelas Rudi yang telah belasan tahun bekerja di hutan Leuser.

Rudi menuturkan, berdasarkan pantauan GIS, pengurangan luas tutupan hutan Leuser terjadi justru jauh dari pemukiman penduduk. Butuh beberapa hari untuk mencapai lokasi itu. “Kami awalnya berpikir, hal tersebut terjadi karena adanya kegiatan ilegal. Untuk memastikan, tim diturunkan. Saat di lokasi, tim menemukan hutan rusak akibat longsor.”

Rudi mengatakan, lokasi proyek PLTA Tampur dekat patahan yang rawan terjadi gempa. Ini juga bisa mempercepat usia bendungan. “Saya tidak bisa banyangkan kalau bendungan itu jebol,” tegasnya.