31 SP Industri Semen Desak Perbaikan Taraf Hidup

Oleh : Herry Barus | Selasa, 17 Juli 2018 - 12:11 WIB

INDUSTRY.co.id - Padang- Sebanyak 32 perwakilan serikat pekerja perusahaan semen dari beberapa negara Asia Tenggara berkumpul di Padang, Sumatera Barat, untuk membuat rencana aksi agar kondisi pekerja menjadi lebih baik.

Selain merumuskan rencana aksi, lokakarya di Padang bertujuan meningkatkan solidaritas pekerja industri semen di kawasan Asia Tenggara, kata Wakil Sekjen Federasi Serikat Pekerja Ikatan Semen Indonesia (FSP ISI) Lena Yuliana di Padang, Senin (16/7/2018)

Panitia lokakarya itu menghadirkan Director Industri Material Industri All Global Union Matthias Hartwich, dan Regional Secretary untuk Asia Tenggara Annie Adviento selaku pembicara.

Hadir dalam kegiata tersebut Ketua Umum FSP ISI Widjajadi dan peserta dari Indonesia, Filipina dan Thailand.  Menurut Lena, pembicara dari Industri All Global Union dihadirkan karena FSP ISI berafiliasi ke organisasi tersebut.

Ketua Umum FSP ISI Widjajadi mengatakan, melalui "workshop" tersebut diharapkan ada kesamaan cara pandang terkait kondisi bisnis persemenan di Indonesia, Filipina dan Thailand.

Widjajadi menyampaikan sejumlah kondisi yang dihadapi industri semen nasional, di antaranya, adanya kekuatan politik yang menekan industri semen dengan tetap mengundang investasi semen ke Indonesia.

Hal ini kontradiktif dengan fakta bahwa produksi semen nasional sudah berlebih 40 juta ton, mereka menjual produk dengan harga murah yang notabene tidak bisa disaingi perusahaan nasional, katanya.

"Sementara perusahaan lokal berbenah di sisi biaya operasional dengan menurunkan 'fix cost' yang bermuara pada penurunan pada kesejahteraan yang diterima karyawan. Ini tidak hanya terjadi pada perusahaan semen swasta, namun juga BUMN," kata Widjajadi.

Industri semen saat ini, katanya, juga dihadapkan pada era digitalisasi yang tidak hanya merambah industri informasi. "Dampak  dari semua itu adalah, ke depannya pabrik semen adalah pengurangan tenaga kerja dan pengalihan kepada tenaga kontrak," katanya.

Kondisi seperti ini, kata Widjajadi, harus disikapi oleh pekerja industri semen dan yang paling penting adalah menyeimbangkan situasi dan memberi input kepada pemerintah sehingga kebijakan yang dikeluarkan tidak merugikan industri semen yang sudah ada di Indonesia.