September 2018, Bank BTN Bakal Akuisisi Perusahaan Manajemen Investasi

Oleh : Abraham Sihombing | Kamis, 12 Juli 2018 - 09:47 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), atau Bank BTN, akan mengakuisisi perusahaan manajemen investasi yang akan dijadikan anak usaha baru. Aksi korporasi tersebut dilakukan untuk menggarap potensi pendanaan jangka panjang usai beroperasinya Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) nantinya.

Maryono, Direktur Utama Bank BTN, mengatakan dalam payung hukum terkait Tapera, Bank BTN diberikan dua pilihan untuk mengelola dana tersebut yakni sebagai bank kustodian atau memiliki manajemen investasi.

“Dari hasil kajian bisnis, manajemen Bank BTN memutuskan untuk memiliki manajemen investasi. Entitas manajemen investasi tersebut akan digunakan untuk mengelola dana Tapera secara profesional dan komersial,” papar Maryono di sela-sela acara Nonton Bareng Piala Dunia 2018 bersama Direksi BTN di Jakarta, Rabu (11/07/2018).

Maryono mengemukakan, Bank BTN pada September 2018 mendatang akan membeli sebuah entitas bisnis manajemen investasi. Itu dilakukan sebagai salah satu langkah perseroan untuk mengamankan sumber pembiayaan jangka menengah panjang, termasuk yang bersumber dari Tapera.

Maryono menuturkan, langkah strategis itu dilakukan karena melihat prospek yang semakin cerah usai relaksasi loan-to-value (LTV) di sektor perumahan yang ditetapkan Bank Indonesia (BI).

“Kebijakan BI itu menjadi keuntungan bagi Bank BTN dengan core business pembiayaan perumahan,” kata Maryono.

Maryono juga meyakini dengan adanya relaksasi dari pemerintah tersebut, perseroan akan mampu mencapai target pertumbuhan pembiayaan pada tahun ini. Apalagi, mulai paruh kedua tahun ini, Bank BTN sudah dapat menggunakan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Skema FLPP pada tahun ini pun dipandang bakal menguntungkan posisi Bank BTN. Pasalnya, pada skema baru tersebut, sebanyak 75% dananya berasal dari pemerintah, sedangkan 25% sisanya bersumber dari PT Sarana Multigriya Finansial (SMF).

“Dengan penambahan fasilitas tersebut, Bank BTN juga dapat menggunakan dua sumber pembiayaan yakni Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan FLPP,” tukas Maryono.

Untuk memperkokoh sumber pembiayaan, demikian Maryono, Bank BTN juga akan terus berinovasi mengembangkan produk-produk low-cost fund. Di antaranya, perseroan telah menyiapkan program menarik untuk produk tabungan dan giro.

“Kami telah menyiapkan program low-cost fund yang menarik untuk mendukung rencana pembiayaan kami yang ekspansif. Semua langkah tersebut kami siapkan agar BTN tetap menjadi leader di bidang perumahan dan kami optimistis target bisnis pada tahun ini akan tercapai,” ungkap Maryono.

Sepanjang Januari-Mei 2018, Bank BTN telah menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) bernilai Rp187,61 triliun, atau naik 17,15% dibandingkan periode yang sama pada 2017 sebesar Rp160,14 triliun pada bulan yang sama tahun sebelumnya.

Laju pertumbuhan simpanan masyarakat di Bank BTN juga masih berada di atas rata-rata posisi kenaikan DPK di industri perbankan nasional. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pertumbuhan DPK secara industri hanya naik di level 8% sepanjang Januari-April 2018 dibandingkan periode yang sama pada 2017.

Dari sisi penyaluran kredit dan pembiayaan pun, BBTN mencatatkan laju kenaikan di atas rata-rata industri perbankan di Tanah Air. Per Mei 2018, Bank BTN telah menyalurkan fungsi intermediasi senilai Rp209,23 triliun atau tumbuh 20,58% yoy dari Rp173,52 triliun.

Sebaliknya, data OJK menyebutkan kredit perbankan secara nasional hanya tumbuh sebesar 9% sepanjang Januari-April 2018 dibandingkan periode yang sama pada 2017. (Abraham Sihombing)