Film From London to Bali, Belitan Asmara Beda Benua

Oleh : Amazon Dalimunthe | Jumat, 03 Februari 2017 - 08:45 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta,—Kini semakin banyak film Nasional yang mengambil setting atau melakukan pengambilan gambar di Eropa. Rupanya resep ini lumayan untuk mengangkat jumlah penonton. Mungkin karena negara-negara Eropa memang terkenal akan keindahannya. Serta kehidupan masyarakatnya yang serba teratur rapih.

 Mungkin karena itu pulalah perusahaan film Starvision Plus memproduksi film “From London to Bali” yang mulai penayangannya hari Kamis tanggal 2 Februari  2017 di jaringan  biokskop 21 maupun CGV Blitz.

 Yang sedkit membedakan adalah film ini tidak melulu menjadikan kota London sebagai setting tteapi juga mengambil sedikit bagian kehidupan pergaulan remajanya yang sedikut bebas.

Film yang disutradara Fajar Bustomi dan Angling Sagaran dan dibintangi Ricky Harun, Nikita Willi, Jesicca Mila, Kimberly Ryder, Gary Iskak, Fico Fachriza, dan Muhadkly Acho ini juga mengangkat perbedaan antara kultur Barat dan Timur.  Film ini menyiratkan pesan moral bahwa barat (Eropa) tidak selalu baik.

Film ini mengisahkan tentang Lukman (diperankan Ricky Harun) yang putus sekolah dan ingin menyusul kekasihnya, Dewi (Jesicca Mila) yang mendapat beasiswa kuliah di London. Di London, Dewi yang bertemu Suzan (Kimberly Ryder) segera terbawa pergaulan Barat. Segala cara ingin Lukman lakukan untuk mengumpulkan biaya untuk menyusul Dewi, hingga terdampar di Bali. Di sana, dia menjadi pria panggilan.

Pergulatan batin Lukman saat kerja di Koboi membuatnya gelisah dan pertemuannya dengan Putu (Nikita Willi) yang membuatnya ingin berhenti. Begitu juga dengan kawan-kawan seangkatannya, Sodikin (Muhadkiy Acho) dan Bambang (Fico Fachriza). Tapi berhenti dari Koboi bukanlah hal yang mudah.

Awalnya, Lukman tak menaruh hati ke Putu, karena masih menaruh harapan kepada Dewi. Harapannya mulai pupus saat tahu Dewi selingkuh dengan bule. Akhirnya, Lukman beralih ke Putu. Tetapi bule yang menjadi teman dekat Dewi selingkuh. Dewi pun akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia bertemu Lukman.

 “Ide film ini berasal dari kegelisahan saya, dimana banyak orang yang melihat dunia Barat lebih baik dari pada negeri sendiri,” kata sutradara Fajar Bustomi kepada INDUSTRY.co.id saat peluncuran  film ‘From London to Bali’  beberapa waktu yang lalu.

Lebih lanjut, Fajar mengaku bersyukur tinggal di Indonesia. “Saya bersyukur tinggal di Indonesia, karena menurut saya budaya di sini lebih bagus dari pada di luar negeri,” ungkapnya bangga.

Memang banyak orang bermimpi ingin tinggal di luar negeri seperti Eropa atau Amerika karena beranggapan peradaban yang lebih maju membuat taraf hidup lebih membahagiakan dan menyenangkan. Padahal, banyak hal positif dan lebih baik yang bisa membuat kita tentu jadi bersyukur bahagia dan bangga tinggal di Indonesia. (AMZ)