Polri Berhasil Tangkap 74 Terduga Teroris Pasca Serangan Bom

Oleh : Herry Barus | Selasa, 22 Mei 2018 - 20:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengungkapkan ada 74 orang terduga teroris yang berhasil ditangkap polisi pasca serangan bom di beberapa wilayah Indonesia.

"Dari bom Surabaya maka Polri didukung teman-teman bersama TNI melakukan penindakan sehingga dalam waktu delapan hari dari 13-21 Mei sudah 74 orang ditangkap dan 14 orang di antaranya meninggal dunia karena melawan pada saat ditangkap, antara lain di Jawa Timur 31 orang, Jawa Barat delapan orang, Banten 16 orang, Sumatera bagian Selatan delapan orang, Riau sembilan orang dan Sumatera Bagian Utara enam orang," kata Tito di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (22/5/2018)

Tito menyampaikan hal itu seusai menghadiri rapat terbatas pencegahan dan penanggulangan terorisme yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo dan dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla serta para menteri Kabinet Kerja.

"Pasca bom Surabaya minggu lalu Polri sudah melakukan investigasi pengungkapannya termasuk mendeteksi jaringan. Dari hasil operasi, kita meyakini atau dugaan yang sangat kuat sekali aksi di Surabaya terkoneksi dengan penyerangan di Polda Riau, insiden di Mako Brimob dilakukan oleh Jamaah Ansharut Daulah yang memiliki afiliasi ISIS di Suriah," ungkap Tito.

Polri juga menemukan dan menyita ada barang bukti seperti bom siap pakai maupun materi bahan peledak lainnya, baterai, switcher dan lainnya.

"Dari 74 orang itu tokoh utama belum ditangkap, tapi sudah ditangkap ketua JAD Jawa Timur, tapi tidak kami sebutkan," tambah Tito kepada awak media.

Menurut Tito, Presiden dan Wakil Presiden sudah memberikan arahan untuk menangani terorisme lebih komprehensif.

"Artinya selain penegakan hukum kepada jaringan in dilakukan juga upaya 'soft power' terutama untuk membendung ideologi terorisme karena ini bukan agama tertentu, kemudian upaya pengembangan ekonomi dan pendekatan 'soft' lainnya termasuk melibatkan masyarakat, kajian kurukulum, untuk membendung ideologi terorisme dengan ideologi lain seperti Pancasila melalui pengembangan lebih humanis," ungkap Tito.