Serbuan Keramik Impor Makin Menjamur, Ini Tanggapan Menperin

Oleh : Ridwan | Jumat, 18 Mei 2018 - 10:40 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Industri keramik nasional kembali dihantam persoalan baru, berupa rembesan produk keramik impor, khususnya asal China yang mulai sedikit demi sedikit menggeser produk lokal dari konsumen.

Apalagi China kini tengah berusaha mengerem pertumbuhan ekonominya, sehingga dengan sendirinya demand terhadap produk keramik lokalnya harus terkontraksi. Alhasil, pasar Asia pun menjadi sasaran kelebihan supply-nya termasuk Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai hal tersebut pada dasarnya telah terjadi sejak lama ketika ada perjanjian perdagangan bebas dengan China.

"Memang sejak perjanjian free trade dengan China sudah berjalan (impor). Makanya impor jadi naik," kata Airlangga di Jakarta (18/5/2018).

Ia menerangkan bila kondisi impor tersebut justru membahayakan bagi industri keramik dalam negeri maka pihaknya akan memberikan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD)

"Kalau ada injury kita kasih BMAD untuk dalam negeri," sambungnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Elisa Sinaga mengatakan, saat ini produksi keramik di dalam negeri sulit bersaing dengan produk impor dari China.Hal ini dikarenakan gempuran impor yang semakin menjadi ketika tarif bea masuk diturunkan dari 20% menjadi 5%.

Elisa menilai pemerintah masih belum ketat untuk mengatur pengendalian keramik impor. "Setelah bea masuk berkurang Impor kemungkinan tumbuh hingga 40%,"  kata Elisa. 

Menurut Elisa, seharusnya pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan dapat mengendalikan impor keramik yang masuk ke Indonesia. Pengendalian keramik impor saat ini dirasa belum ketat.

Seperti diketahui, impor produk keramik ke Indonesia terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 27% setiap tahun.

Berdasarkan catatan Asaki, produk keramik impor kebanyakan memiliki jenis homogenous atau granite tile yang impornya mencapai dua kali dari total produksi homogenous tile dalam negeri.

Namun, untuk keramik tile biasa, kata Elisa, produsen dalam negeri relatif masih menguasai pangsa pasar dalam negeri.

Menurut Elisa, kondisi pasar keramik Indonesia saat ini secara umum masih menurun. Meski ada kemungkinan permintaan naik, namun yang banyak mengisi ialah produk impor China.

Elisa mengatakan, Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) merugikan industri keramik lokal. Kalau dulu saat agreement belum dilaksanakan, bea masuk keramik China ke Indonesia sekitar 20%.

"Saat itu saja impor keramik naik 20%-26% tiap tahun, sekarang bea masuknya jadi 5%," ucapnya 

Jadi kata Elisa, sangat, dimungkinkan pasca bea masuk turun akan berdampak impor makin tinggi. Sedangkan kenaikan demand dalam negeri tidak diambil oleh lokal tapi oleh impor.

Dengan mulai bergairah sektor properti, Asaki berharap bisnis keramik bisa tumbuh 10% di 2018 ini.