Per Maret 2018, Pendapatan Intiland Development Tumbuh 78%

Oleh : Abraham Sihombing | Kamis, 17 Mei 2018 - 19:58 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – PT  Intiland Development Tbk (DILD), perusahaan pengembang properti, membukukan pendapatan Rp709,2 miliar di sepanjang Januari-Maret 2018, tumbuh 78% dibandingkan realisasi pendapatan di periode yang sama pada 2017 sebesar Rp398,7 miliar.

“Lonjakan pendapatan tersebut terutama berasal dari peningkatan pengakuan pendapatan dari segmen pengembangan kawasan perumahan,” ujar Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi DILD, di Jakarta, Kamis (17/05/2018).

Archied mengemukakan, peningkatan pendapatan tersebut dikontribusikan oleh pengakuan penjualan unit-unit rumah di kawasan perumahan Graha Natura di Surabaya, Jawa Timur dan kawasan perumahan Serenia Hills di Jakarta Selatan.

“Awal 2018 adalah momentum yang baik bagi pertumbuhan sektor properti. Kendati konsumen dan pasar cenderung wait and see, tetapi kami yakin kondisi sektor properti tahun ini akan membaik. Pasalnya, kebutuhan pasar terhadap produk properti yang bagus akan tetap ada, baik untuk tujuan investasi maupun yang digunakan sendiri,” papar Archied.

Ditinjau berdasarkan segmen pengembangannya, kawasan perumahan adalah kontributor pendapatan usaha terbesar DILD pada triwulan pertama 2018 yang mencapai Rp373,3 miliar, atau sebesar 53% dari pendapatan konsolidasi perseroan. Pencapaian itu melonjak 672% dibandingkan di periode yang sama pada 2017 sebesar Rp48,3 miliar.

Kontribusi terbesar berikutnya berasal dari segmen pengembangan mixed use & high rise, yaitu sebesar Rp197,4 miliar atau 28% dari pendapatan konsolidasi. Pendapatan dari segmen pengembangan mixed use & high rise itu naik Rp38,8 miliar atau 24% dibanding pencapaian pada triwulan pertama 2017 sebesar Rp158,6 miliar.

Segmen properti investasi adalah sumber pendapatan berkelanjutan (recurring income) DILD yang memberikan sumbangan 19% dari pendapatan konsolidasi DILD pada triwulan pertama 2018, atau senilai Rp138,5 miliar. Dibandingkan dengan realisasi pada triwulan pertama 2017 sebesar Rp100,7 miliar, maka kontribusi segmen ini meningkat 37,6%.

Peningkatan kontribusi recurring income, menurut Archied, terutama disebabkan kenaikan pendapatan usaha dari penyewaan ruang perkantoran, kawasan industri, serta pengelolaan sarana dan prasarana. Pendapatan usaha dari pengelolaan sarana dan prasaran tercatat Rp71,3 miliar, atau naik 64% dibandingkan periode yang sama pada 2017.

“Kinerja penjualan Intiland di triwulan pertama tahun ini cukup bagus dengan membukukan marketing sales Rp966 miliar. Namun hasil penjualan tersebut, khususnya dari segmen mixed use & high rise belum dapat dibukukan sebagai pendapatan usaha, karena menunggu progres pembangunan,” kata Archied lebih lanjut.

Pada triwulan pertama 2018 ini, perseroan mencatat laba kotor sebesar Rp283,5 miliar dan laba usaha senilai Rp137,8 miliar. Jumlah tersebut masing-masing tumbuh 65% dan 166% dibandingkan realisasi pada triwulan pertama 2017.

“Pada tiga bulan pertama 2018, kami berhasil mencatat laba bersih Rp112,8 miliar, atau melonjak 178% dibandingkan periode yang sama 2017. Lonjakan itu terutama diakibatkan oleh peningkatan kontribusi pendapatan di semua segmen pengembangan, kecuali dari kawasan Industri yang belum memberikan kontribusi pada awal 2018 ini,” kata Archied.

Dengan mempertimbangkan pencapaian pada awal tahun ini, perseroan tetap optimistis bahwa pasar properti nasional akan tetap tumbuh. Manajemen perseroan masih akan mempertahankan sejumlah strategi kunci yang bersifat konservatif guna mengantisipasi dan menghadapi kondisi tersebut.

Sebagai upaya untuk menjaga dan mempertahankan pertumbuhan usaha, perseroan akan mengandalkan pertumbuhan secara organik maupun dengan menjalin kerjasama strategis dengan investor. Strategi ini ditempuh antara lain melalui peluncuran sejumlah proyek baru, maupun pengembangan dari proyekproyek properti yang telah berjalan.

“Setiap melakukan investasi untuk pengembangan proyek baru, kami tetap melakukan secara hati-hati dengan tetap melihat dinamika arah dan kondisi pasar. Pelaku industri properti perlu membangun keyakinan secara kolektif, sehingga bisa menciptakan iklim investasi yang kondusif,” pungkas Archied. (Abraham Sihombing)