Lindung Nilai, Strategi Jababeka Hadapi Fluktuasi Nilai Tukar

Oleh : Nandi Nanti | Rabu, 16 Mei 2018 - 14:56 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tengah terjadi mungkin membuat sejumlah perusahaan khawatir, apalagi mereka yang memiliki kewajiban dalam mata uang asing, terutama dolar AS.

Pengembang kota mandiri berbasis industri, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk mengaku telah menerapkan strategi lindung nilai atau hedging dalam mengantisipasi penguatan dolar.

Dalam Paparan Publik emiten bersandi KIJA yang digelar di Menara Batavia, Jakarta, Rabu, (16/5/2018), Manajemen Jababeka mengaku telah telah melakukan hedging senilai US$ 200 juta atas kewajibannya dalam bentuk call spread dengan rata-rata lower strike pada posisi Rp 13.021 dan upper strike di posisi Rp 15.997 per dolar AS.

Karena itu dengan posisi dolar AS yang saat ini telah menembus level psikologis angka Rp 14.000, Jababeka masih terbilang aman.

Upaya tersebut diperkuat dengan adanya pendapatan dalam bentuk dolar AS yang dikontribusi oleh jasa power dan water perusahaan yang pembayarannya mengikuti kurs dolar AS.

Fakta tadi membuat Jababeka juga memiliki lindung nilai alami (natural hedge) dalam menghadapi gejolak kurs.

Jababeka memiliki basis pendapatan berulang dalam bentuk USD yang stabil, ujar Sekretaris Perusahaan Jababeka, Muljadi Suganda.

Langkah lain yang dilakukan dalam mengurangi risiko penguatan dolar AS adalah program refinancing utang dolar dengan menerbitkan pinjaman sebesar US$ 110 juta dengan bunga 6,5% pertahun.

Langkah ini untuk menutup pinjaman dengan bunga lebih tinggi sebesar 7,5% per tahun.

Berdasarkan materi paparan publik yang disampaikan manajemen Jababeka ke Bursa Efek Indonesia terlihat pada tahun buku 2017, KIJA tercatat membukukan pendapatan Rp 2,994 triliun atau meningkat dibanding posisi tahun 2016 yang tercatat 2,79 triliun.

Sebanyak 59% dari revenue tadi dikontribusi dari pos recurring, sementara 49% dari divisi real estate. Kontribusi pendapatan berulang tersebut meningkat dari angka 57% pada tahun 2016.

ptimisme Jababeka untuk meraih kinerja positif ditengah gejolak kurs didasarkan atas sejumlah rencana pengembangan usaha di masa datang, sebab ruang pertumbuhan diyakini akan impresif dengan modal landbank yang cukup luas.

Hingga akhir 2016, KIJA mengklaim memiliki landbank seluas 3.347 hektare (ha) yang tersebar di tiga lokasi yakni di Kota Modern Cikarang seluas 1.228, lalu Kawasan Industri Kendal seluas 582 ha dan Tanjung Lesung seluas 1.537 ha.

Posisi landbank yang terdiversifikasi secara geografis merupakan potensi bagi KIJA untuk menyasar segmen pasar yang bervariasi untuk menyumbang margin laba yang tinggi, ulas manajemen.

Sementara untuk tahun ini, KIJA menargetkan dapat membukukan penjualan Rp 2,25 triliun yang akan dikontribusi dari tiga pilar bisnis yakni infrastruktur, real estate dan properti serta leusures dan hospitality yang tersebar pada tiga lokasi yang telah disebutkan.

Adapun per kuartal I 2018, KIJA tercatat membukukan laba usaha yang tumbuh sebesar 16% dari Rp 248 miliar di kuartal I 2017 menjadi Rp 287 miliar. Posisi pendapatan bersih tercatat Rp 493 miliar dengan raihan laba bersih Rp 16 miliar.