Buktikan Jakarta Aman, Sandiaga Ajak Nonton Film The Power Of Love

Oleh : Amazon Dalimunthe | Selasa, 15 Mei 2018 - 11:01 WIB

INDUSTRY.co.id - JAKARTA,-- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengatakan bahwa situasi Ibukota Jakarta saat ini berstatus siaga satu berkenaan dengan adanya peristiwa bom  di Kota Surabaya dan Sidoarjo. Namun meski tetap waspada, Sandi mengajak masyarakat tetap beraktivitas secara normal.

“Saya buktikan dengan malam ini menonton film The Power Of Love di CGV  Grand Indonesia. Dan semua aman terkendali. Kita tidak boleh kalah dengan teroris yang tujuannya menakut nakuti,” kata Sandi kepada Industry.co.id.

Sandiaga Uno menonton film The Power Of Love bersama Ketum Parfi 56 Macella Zalianty, Aktor Fauzi Badilla, Ustad Erick Yusuf selaku Produser, serta sejumlah undangan lainnya.

Secara kebetulan pula, Film yang mengambil latar belakang peristiwa 212 tahun 2016 di Lapangan Monas itu, banyak menyampaian pesan bahwa agama Islam itu adalah agama damai. “Maka jangan percaya kalau pelalu teror yang mengatasnamakan agama terutama Islam. Sebab lewat film The Power Of Love ini kita bisa belajar banyak bagaimana sebuah ungkapan perasaan itu disampaikan. Semuanya berlangsung damai,” kata Sandi yang mengaku baru punya kesempatan menonton film yang di sutradarai oleh Jastis Arimba ini.

Setelah menyaksikan film ini, lanjut Sandi, dirinya merencanakan nonton bareng dengan pasukan oranye minggu depan. “Kita cari waktu yang pas. Karena bersamaan dengan bulan puasa juga. Semoga kita bisa nonton bareng bersama pasukan oranye dan keluarganya setelah buka puasa bersama,” janji Wagub yang selalu tampi segar karena rajin olahraga ini.

Film 212, The Power Of Love ini mengisahkan pergulatan batin Rahmat, seorang jurnalis di sebuah media terkemuka. Tulisan tulisannya sangat tendesius untuk memojokkan ummat Islam.  Hingga sering terjaadi konflik dengan sesama  jurnalis maupun pihak luar.

Suatu hari ia mendapat kabar bahwa Ibunya meninggal dan membuat Rahmat harus pulang kekampung halamannya. Dikampungnya di Ciamis Rahmat terpaksa harus bertemu dengan ayahnya. Rahmat sering bersitegang dengan Ayahnya, seorang tokoh agama desa yang dianggapnya keras dan konservatif.

Tiba-tiba Ayah Rahmat yang sudah tua renta tersebut memutuskan untuk melakukan longmarch bersama para kaum muslimin dari desanya menuju Jakarta untuk berpartisipasi dalam 212 dengan tujuan membela Alquran yang di cintainya.

Berbeda dengan ayahnya, Rahmat menganggap aksi 212 dan aksi-aksi sebelumnya adalah gerakan politik yang menunggangi umat Islam untuk kepentingan kekuasaan. Namun, melihat kondisi ayahnya yang sudah tua akhirnya Rahmat memutuskan untuk menemani ayahnya untuk melakukan perjalanan jauh tersebut. Perjalanan akhirnya berubah menjadi sebuah kisah yang bernilai bagi Rahmat. (AMZ)