ABM Investama akan Perkuat Bisnis Pertambangan dan Penjualan Batu Bara

Oleh : Abraham Sihombing | Sabtu, 12 Mei 2018 - 08:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – PT ABM Investama Tbk (ABMM) akan terus memperkuat bisnis pertambangan dan penjualan batu bara sebagai strategi bisnis utamanya pada 2018. Itu sejalan dengan peran perseroan sebagai rantai pemasok (supply chain) batu bara terkemuka di Indonesia.

“Di samping itu, strategi tersebut dijalankan seiring dengan kenaikan harga batu bara belakangan ini sehingga dapat dioptimalkan agar dapat semakin memperkuat kinerja keuangan perseroan,” ujar Andi Djajanegara, Direktur Utama ABMM, di Jakarta, baru-baru ini.

Andi mengemukakan, sejak triwulan kedua 2016 hingga kini, harga batu bara di pasar global terus menguat. Itu didukung oleh berbagai faktor, terutama oleh adanya kebijakan Tiongkok sebagai produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia pada 2017 yang mengurangi produksi batu bara domestiknya.

Andi juga mengungkapkan, konsumsi batu bara domestik terus meningkat seiring dengan pengoperasian sejumlah pembangkit listrik baru berbahan bakar batu bara. Harga Acuan Batu bara (HBA) pada 2017 mencapai US$85,9 per ton, naik 39% dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar US$61,8 per ton. Sedangkan harga batu bara di pasar global dengan mengacu index Newcastle pada akhir April 2018 sudah menembus level US$100,10 per ton.

“Penguatan harga batu bara yang terus terjadi adalah momentum yang akan dioptimalkan ABM. Tahun lalu, kinerja perusahaan tumbuh secara positif dan tahun ini kami optimistis hasilnya akan lebih baik lagi,” papar Andi.

Sebagai upaya untuk memperkuat bisnis batubara, ABM Investama pada 2017 menerbitkan Global Bond senilai US$350 juta. Penerbitan surat utang global pertama kali itu berlangsung sukses dan telah memberikan ruang pendanaan yang cukup besar bagi perseroan.

“Penerbitan Global Bond semakin memperkuat ruang ekspansi ABM Investama di sektor industri batubara. Kami saat ini sedang memproses akuisisi tambang baru untuk memperkuat bisnis ini dalam jangka panjang,” tutur Andi.

Sementara itu, Adrian Erlangga, Direktur Keuangan ABMM, menjelaskan, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar US$690,73 juta, naik 16,94% pada 2017 dibandingkan dengan realisasi 2016 sebesar US$590,70 juta.

Perseroan juga berhasil mendorong pertumbuhan laba bruto sebesar 18,36% dari US$127,91 juta pada 2016 menjadi US$151,39 juta pada 2017.  Peningkatan permintaan batu bara global juga mendorong volume penjualan batu bara perseroan pada 2017 yang mencapai 7,9 juta ton, naik 25% dibandingkan pada 2016 sebanyak 6,35 juta ton.

“Kinerja keuangan yang positif ini menunjukkan bahwa perseroan berhasil mengoptimalkan momentum kenaikan harga batu bara. Kami akan terus mengendalikan standar biaya operasi agar dampak kenaikan harga batu bara ini dapat memberikan manfaat lebih besar untuk jangka panjang,” pungkas Adrian. (Abraham Sihombing)