Persediaan Pasar Domestik Memadai, Harga CPO Malaysia Menguat Awal Pekan ini

Oleh : Abraham Sihombing | Senin, 07 Mei 2018 - 19:10 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Malaysia pada awal pekan ini dibuka menguat ke posisi RM2.352 per ton. Itu lebih tinggi 0,05% dibandingkan harga pada penutupan akhir pekan lalu yang berada di level RM2.340 per ton.

“Harga CPO Malaysia mengalami rebound pada perdagangan hari ini karena berkurangnya perkiraan terhadap terjadinya penurunan persediaan komoditas sawit tersebut di pasar domestik Malaysia,” ujar Arie Nurhadi, analis riset PT Monex Investindo Futures, di Jakarta, Senin (07/05/2018) petang.

Arie mengemukakan, kondisi fundamental seperti itu mendorong harga CPO untuk kembali berpotensi naik seiring bertambahnya optimisme para pelaku pasar yang akan mentransaksikan CPO tersebut di pasar domestik Malaysia.

Di samping itu, demikian Arie, pengenaan kembali pajak ekspor CPO sebesar 5% yang dilakukan otoritas Malaysia bulan ini juga berperan untuk menstabilisasi persediaan CPO Malaysia di pasar domestik.

“Otoritas Malaysia akan mengenakan pajak ekspor CPO tersebut, jika harga jual CPO Malaysia tersebut berada di atas level RM2.250 per ton. Untuk Mei 2018, pajak tersebut dihitung berdasarkan harga referensi CPO sebesar RM2.409 per ton,” papar Arie.

Sebelumnya, otoritas Malaysia telah menangguhkan penerapan pajak ekspor tersebut sejak awal 2018 ini hingga akhir April 2018. Penangguhan itu dilakukan dengan mencermati adanya perbedaan pajak ekspor CPO (yang sudah diolah) dengan CPO murni di Malaysia.

“Pasalnya, besarnya nilai pungutan pajak ekspor yang dikenakan otoritas Malaysia tersebut memiliki perbedaan antara US$20-30 per ton dengan pajak ekspor CPO Indonesia yang sudah diolah,” tutur Arie.

Kebijakan tersebut ternyata cukup membantu menggairahkan kembali ekspor CPO dari Malaysia yang sempat surut menyusul langkah India yang meningkatkan bea masuk CPO. Meski demikian, kebijakan tersebut hingga kini masih belum juga dapat mengangkat harga CPO secara signifikan karena depresiasi nilai tukar Ringgit Malaysia terhadap dolar AS. (Abraham Sihombing)