Indonesia Harus Jadi Eksportir Utama Produk Halal

Oleh : Herry Barus | Kamis, 03 Mei 2018 - 06:56 WIB

INDUSTRY.co.id - Semarang- Indonesia perlu menjadi eksportir utama untuk produk-produk industri halal di pasar global karena salah satu sektor ekonomi syariah ini terbukti dapat menjadi pilar pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan merata, kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

Agus dalam Festival Ekonomi Syariah di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (3/5/2018)  mengatakan Indonesia merupakan pangsa pasar terbesar bagi produk industri halal di dunia. Menurut data industri halal yang direkam BI terakhir di 2016, volume pasar makanan halal di Indonesia mencapai 169,7 miliar dolar AS.

Namun, lanjut Agus, potensi pasar produk halal yang menjanjikan itu dapat berbalik menjadi ancaman jika permintaan pasar lebih banyak dipenuhi melalui impor, bukan dari domestik.

"Kenaikan impor akan membuat tekanan ke neraca pembayaran Indonesia. Jadi sekarang ini kita sama-sama ingin mendiskusikan dengan peneliti, universitas, dan pelaku usaha Indonesia, tidak boleh hanya menjadi negara yang mengimpor yang terkait dengan industri ekonomi syariah," kata Agus.

Sayangnya, Agus masih belum merinci berapa porsi impor maupun pemenuhan dari pasokan dalam negeri di pasar produk halal di Indonesia. Agus lantas hanya mengatakan tantangan dalam industri halal ini sudah dipetakan oleh Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS).

KNKS, kata Agus, mendorong Indonesia menjadi produsen utama produk halal untuk kebutuhan domestik dan juga eksportir di pasar global.

"Australia sudah berkomitmen untuk menjadi pelaku utama yang bisa mensuplai kebutuhan daging halal. Thailand sudah berkomitmen ingin menjadi pusat dunia untuk dapur makanan halal. Nah halal ini adalah suatu program yang jelas dari negara-negara lain, kita negara Indonesia harus bangkit untuk mengisi potensi ini," ujarnya.

BI, kata Agus, sudah memiliki cetak biru pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yang akan menjadi koridor kebijakan Bank Sentral. Cetak Biru itu berlandaskan pada tiga fokus strategi utama, yakni pertama pilar pemberdayaan ekonomi syariah. Kedua, pilar pendalaman pasar keuangan syariah. Kemudian, ketiga pilar riset, asesmen, dan edukasi ekonomi dan keuangan syariah.

"Salah satu langkahnya adalah pengembangan ekonomi pesantren, UMKM syariah, maupun industri halal untuk menjadi ekosistem yang utuh dalam rantai nilai halal daerah dengan memanfaatkan kearifan lokal masing-masing daerah," kata Agus.