Asaki Sebut Pemerintah Abai Dalam Hal Penurunan Harga Gas Industri

Oleh : Ridwan | Senin, 30 April 2018 - 16:02 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengungkapkan, gas merupakan unsur yang sangat penting dalam proses produksi industri keramik nasional.

"Gas itu bagian yang penting karena rata-rata mayoritas 30-38 persen produksi ada di gas," ujar Elisa saat ditemui Industry.co.id di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, tambahnya, penurunan harga gas sangat dinanti-nantikan oleh seluruh pelaku industri nasional. Menurutnya, dengan penurunan harga gas dapat meningkatkan daya saing industri nasional yang kini tengah di ujung tanduk.

"Sudah hampir 2 tahun sejak pemerintah mengeluarkan Perpres terkait harga gas, namun hingga saat ini masih belum ada realisasinya," terangnya.

Ia menambahkan, saat ini konsep pemerintah mengharapkan bagaimana energi dapat memberikan nilai tambah bagi satu produk yang dapat meningkatkan pembangunan nasional.

"Kalau kita mau dalam konsep tersebut, dimana industri keramik merupakan bagian yang mendorong nilai tambah, pemerintah harus memperhatikan penggunaan gas bagi industri tertentu. Pemerintah harus janji itu," kata Elisa.

Lebih lanjut, ia memaparkan, pemerintah sudah berjanji melalui beberapa paket kebijakan, selain itu para pelaku industri juga selalu bertanya kepada Asosiasi terkait penurunan harga gas yang sudah hampir 2 tahun tidak jalan-jalan. Situasi ini tidak sangat positif bagi industri.

"Pemerintah harus bergerak cepat, apakah terlalu sulit menghitung angkanya? Saya rasa tidak terlalu sulit kalau ada kemauan. Sayangnya pemerintah saat ini tidak ada perhatian dan kemauan," tegas Elisa.

Menurutnya, saat ini industri sangat menanti dan membutuhkan uluran tangan dari pemerintah di saat situasi seperti ini. "Bagi industri keramik pemerintah perlu segera melakukan sesuatu hal termasuk penyesuaian harga gas," ucap Elisa.

Elisa memaparkan, saat ini semua negara sudah menganggap harga energi di Indonesia terlalu mahal. Hal tersebut bisa dibuktikan sejak tahun 2014 akhir, begitu harga minyak dunia turun hanya Indonesia yang tidak pernah merubah harga energinya, sedangkan negara lainnya turun.

"Pemerintah abai dalam hal ini, gak usah hitung-hitungan harga gas nya, negara lain bisa turun kenapa kita panteng dengan harga segitu. Pemerintah jangan hanya berfikir pada dua atau tiga industri yang bisnis disini tetapi harus berfikir pada keseluruhan industri pengguna gas," tutur Elisa.