Bos Arwana Keramik Harap Ada Win-Win Solution Bagi Industri dan Pemerintah Terkait Harga Gas untuk Industri

Oleh : Ridwan | Senin, 23 April 2018 - 13:35 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Industri keramik Indonesia secara keseluruhan masih bertumbuh meskipun ditengah sektor properti domestik yang juga belum banyak bergerak.

Hal tersebut disampaikan oleh Edy Suyanto selaku Chief Operating Officer (CFO) PT Arwana Citramulia Tbk saat temui oleh INDUSTRY.co.id di kawasan Puri Indah, Jakarta Barat, belum lama ini.

Menurutnya, meskipun ditengah sektor properti yang masih belum bergerak, peluang buat industri keramik bukan berarti tidak ada, semua tergantung pada inovasi dan kejelian melihat celah pasar.

"Tantangan terbesar yang sedang dihadapi industri keramik dalam negeri adalah tingginya harga gas dan maraknya produk impor khususnya dari Tiongkok," ujar Edy.

Edy menambahkan, harga gas sangat berpengaruh terhadap kinerja dan daya saing industri keramik nasional, karena hampir 30-35% dari total biaya produksi keramik merupakan komponen energi gas.

"Oleh karena itu, harga gas yang tinggi merupakan satu hambatan bagi industri keramik dalam negeri," katanya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, kami sebagai pelaku industri keramik sangat mendukung paket Kebijakan Ekonomi III yang menetapkan harga gas sebesar US$ 6 per MMBTU.

"Tetapi yang disesalkan implementasinya masih nol atau tidak jalan," ungkap Edy.

Menurut Edy, industri keramik dalam negeri tentunya sangat mengharapkan harga gas mencapai US$ 6 per MMBTU sesuai janji pemerintah, tapi tentunya kami juga bisa menerima dan mengerti jika angka tersebut kenyataannya sulit untuk diwujudkan.

"Yang penting bagi kami ada angka yang win-win solution bagi industri, pemerintah dan gas trader atau supplier dan harus secepatnya sebelum industri keramik rontok," tutur Edy.