Dukung Jalur Perdagangan Laut, Menteri Budi Dorong Efisiensi Biaya Pelabuhan Besar

Oleh : Hariyanto | Jumat, 13 April 2018 - 15:49 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendorong efisiensi biaya terutama di pelabuhan-pelabuhan besar, seperti Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Kuala Tanjung guna mendukung jalur perdagangan laut.

"Kita melakukan efisiensi terutama di pelabuhan besar, paling tidak bisa sampai 20-30 persen lebih murah," kata Budi usai diskusi yang bertajuk "Konsepsi Strategis Pengembangan Potensi Maritim Nasional dalam Mewujudkan Cita-Cita Poros Maritim Dunia Manuju 100 Tahun Kemerdekaan RI" di Gedung MPR/DPR di Jakarta, Kamis (12/4/2018).

Budi menjelaskan pelabuhan besar memiliki kapasitas besar, sehingga dalam pengiriman barang langsung dalam skala besar dibandingkan dengan pelabuhan kecil.

"Pelabuhan kecil memang ada satu dilema, skala ekonomi pelabuhan-pelabuhan itu tidak maksimal, karenanya kita mendorong dan mendukung kapal perintis yang beroperasi di sana, yang tentunya membuat pelabuhan itu berkembang," katanya.

Kendala saat ini, lanjut dia, tidak maksimalnya muatan barang dari Timur ke Barat, terutama untuk operasi Tol Laut, sehingga harus dicari solusi baru.

Budi menyebutkan pihaknya saat ini tidak melakukan tender kapal, tetapi muatan kapal, sehingga muatan yang diangkut bisa dimaksimalkan.

"Kita harus mencari keseimbangan baru, kita tidak melakukan tender kapal, tapi jumlah muatan, sehingga kapal yang dikirim ke Indonesia bagian Timur itu efisien dengan kapal besar, sehingga barang menjadi murah," katanya.

Selain itu, menurut dia, modifikasi kapal juga harus dilakukan agar semua jenis barang bisa dimasukkan tidak hanya kapal tertentu yang bisa mengangkut barang tertentu. "Misalnya kapal ternak dilengkapi dengan alat pendingin sehingga produk-produk lainnya bisa terangkut," katanya.

Sementara itu, untuk ekspor langsung (direct call), Budi mengatakan tidak semua pelabuhan bisa melakukan ekspor langsung karena tidak semua bisa menghemat biaya.

"Kalau 'direct call' ke Singapura dan Malaysia justru menjadikan pelabuhan di sana hub, makanya kita ingin 'direct call' ke pelabuhan lebih besar, sehingga bisa langsung ke Eropa dan China," katanya.

Pelabuhan Kuala Tanjung sendiri akan diresmikan pada Juni 2018 dengan investasi 2,8 miliar dolar AS di luar pengadaan tanah Rp1 triliun. (ant)