Inilah Kendala yang Membuat Industri Telekomunikasi Sulit Bergerak

Oleh : Hariyanto | Kamis, 19 Januari 2017 - 22:58 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Dalam diskusi di Seminar Indonesia Technology Forum (ITF) Deputi CEO sekaligus Sekjen ATSI Dany Buldansyah mengatakan, dari sisi jaringan ada beberapa kendala yang membuat industri telekomunikasi khususnya operator sulit bergerak.

“Tingginya biaya infrastruktur dalam memberikan data yang berkuatlitas dan harga terjangkau ke masyarakat,”ungkapnya.

Seminar Awal Tahun 2017 yang digelar oleh ITF tersebut mengusung tema 'Indonesia Digital Economy Forecast 2017: Sinergi Pelaku Industri Telko Untuk Peningkatan Efisiensi dan Daya Saing Ekonomi Indonesia'.

Acara tersebut diadakan di Balai Kartini Jakarta, Kamis (19/1) dengan menghadirkan pembicara dari pemerintah, operator, dan vendor ponsel.  

Dari sisi penyediaan peranti (device), Lee Kang Hyun, Vice President Samsung Indonesia mengatakan bahwa sinergi dari pemerintah selaku regulator, operator, dan penyedia ponsel seperti pihaknya harus berjalan dengan baik.

“TKDN pada 4G mendorong penetrasi 4G hingga mencapai 72% di akhir tahun 2016. Jadi, artinya kini semakin banyak ponsel 4G yang berada di konsumen,” katanya.

Pendapat itu diamini oleh Tjandra Lianto, Marketing Director Advan bahwa pihaknya terus menerus mencari insight dari konsumen untuk memproduksi ponsel sesuai kebutuhan konsumen.

“Ekosistem digital harus diciptakan dengan citarasa lokal dan membumi,” katanya.

Sedangkan, Dari sisi kebijakan, menurut M.Syarkawi Rauf, Ketua KPPU, pihaknya menggarisbawahi bahawa di industri telekomunikasi tarif atau harga ke konsumen jadi sinyal apakah industri punya kecenderungan praktek-praktek bisnis yang melanggar aturan.

“Concern kami saat ini yang harus diselesaikan adalah tarif interkoneksi, tarif off-net, frekuensi and network sharing,” ungkapnya.

Tentang sinergi industri telekomunikasi ini, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio  berpendapat, bagaimana mendorong PP 52 dan 53 segera disahkan karena tata kelola teknologi telekomunikasi saat ini tidak dapat didekati dengan aturan yang lama.

“Perlu didorong ke pemerintah agar PP ini segera disahkan,” tandasnya.

Sementara, dalam pandangan Akademisi sekaligus Chairman Mastel Institute Network Sharing, Nonot Harsono,  dalam sebuah bisnis telekomunikasi adalah keniscayaan.

”Yang perlu dibutuhkan sekarang adalah competitive culture yang memungkinkan industri telekomunikasi bergerak dinamis di masa depan,” ujarnya.

Seperti dikatakan Rudiantara bagaimana ekonomi digital benar-benar dapat memberi efek bagi kehidupan masyarakat. Dengan sinergi industri telekomunikasi –device, network dan application- maka masyarakat luas akan memperoleh manfaat maksimal.