Surplus Dagang RI Tahun 2016 Tertinggi Dalam 5 Tahun Terakhir, Meski Ekspor Melorot

Oleh : Ridwan | Rabu, 18 Januari 2017 - 17:22 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat kinerja perdagangan Indonesia selama 2016 surplus US$8,8 miliar. Capaian surplus ini meningkat dari surplus 2015 yang senilai US$7,6 miliar dan tertinggi sejak lima tahun terakhir.

Surplus Januari-Desember 2016 dihasilkan setelah kinerja perdagangan Desember 2016 mengalami surplus US$0,9 miliar yang disumbangkan dari surplus nonmigas Desember 2016 sebesar US$1,4 miliar. Sementara neraca perdagangan migas defisit US$455,8 juta.

"Surplus yang dicatatkan tahun 2016 merupakan yang tertinggi selama lima tahun terakhir. Surplus perdagangan 2016 bersumber dari surplus perdagangan nonmigas sebesar US$14,4 miliar dikurangi defisit perdagangan migas sebesar US$5,6 miliar" ungkap Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita dalam keterangan resmi, Rabu (18/1/2017).

Selama 2016, total ekspor nonmigas tercatat sebesar US$131,3 miliar dan impor nonmigas sebesar US$116,9 miliar. Sedangkan total ekspor migas pada 2016 tercatat US$13,1 miliar dan impornya sebesar US$18,7 miliar.

Enggar menjelaskan, negara mitra dagang seperti Amerika Serikat (AS), India, Filipina, Belanda, dan Pakistan menjadi penyumbang surplus perdagangan nonmigas terbesar selama 2016 yang jumlahnya mencapai US$24,4 miliar. Sementara China, Thailand, Australia, Brasil, dan Argentina menyebabkan defisit perdagangan nonmigas terbesar yang jumlahnya mencapai US$23,9 miliar.

Dari sisi ekspor, Indonesia pada Desember membukukan ekspor sebesar US$13,8 miliar atau menguat 2,0 persen secara bulanan dan 15,6 persen secara tahunan.

Peningkatan ekspor nonmigas sebesar 1,1 persen secara bulanan atau 18,1 persen secara tahunan menjadi pemicu penguatan tersebut, diikuti peningkatan ekspor migas sebesar 11,7 persen secara bulanan, meskipun menurun 5,2 persen secara tahunan.

Adapun peningkatan ekspor migas didorong melonjaknya ekspor hasil minyak 30,7 persen secara bulanan atau 15,6 persen secara tahunan, minyak mentah yang menguat 10,7 persen secara bulanan atau 2,1 persen secara tahunan; serta gas yang menguat 10,2 persen secara bulanan meski menurun 11,4 persen secara tahunan.

Namun, secara total, dibandingkan ekspor tahun sebelumnya, ekspor sepanjang 2016 mengalami penurunan sebesar 3,9 persen secara tahunan. Penurunan ini dipicu turunnya ekspor migas sebesar 29,5 persen dan ekspor nonmigas sebesar 0,3 persen.

"Penurunan ekspor migas ini dikarenakan harga rata-rata minyak mentah dunia 2016 (US$42,8 per barel) yang masih rendah dibandingkan 2015 yang mencapai US$50,8 per barel,” jelas Enggar.

Negara tujuan ekspor nonmigas yang meningkat di 2016 antara lain Swiss (105,3 persen), Filipina (34,2 persen), China (13,9 persen), dan Vietnam (10,8 persen).

Sementara itu, produk ekspor nonmigas Indonesia yang nilainya naik tinggi pada 2016 antara lain besi dan baja (51,7 persen), berbagai produk kimia (21,8 persen), perhiasan per permata (15,9 persen), serta bahan kimia organik (10,0 persen).