Menperin Minta Industri Kosmetik Lebih Aktif Lakukan Inovasi dan Promosi

Oleh : Ridwan | Selasa, 20 Maret 2018 - 07:30 WIB

INDUSTRY.co.id -Jakarta, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menghimbau industri kosmetik nasional agar aktif melakukan sinergi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (RnD) dengan lembaga riset dan perguruan tinggi. Hal ini bertujuan guna menciptakan inovasi produk sesuai kebutuhan pasar saat ini.

"Industri kosmetik tidak bisa terpisahkan dengan sektor kreatif atau lifestyle, dan melibatkan keterkaitan antara IKM dengan industri besar. Jadi, keberhasilan industri kosmetik ini perlu langkah kolaborasi yang kuat antara manufakturing dengan kreativitas," ujar Airlangga di Jakarta (19/3/2018).

Ia menambahkan, sistem rantai pasok di industri kosmetik harus dibangun melalui hubungan yang saling menguntungkan dan membutuhkan.

Apalagi, saat ini telah memasuki era Industry 4.0, di mana akan terjadi transformasi digital yang mampu menciptakan nilai tambah di dalam industri kosmetik nasional.

"Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi ke tingkat konsumen melalui e-commerce, memberikan peluang baru serta meningkatkan daya saing industri kosmetik nasional dengan adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup," imbuhnya.

Di samping itu, Menperin menambahkan, perlunya kegiatan promosi yang masif terhadap produk kosmetik lokal sehingga bisa semakin dikenal di pasar internasional.

"Generasi milenial kita juga menjadi kunci penting dalam inovasi pemasaran ini, yaitu lewat media sosial mereka karena lebih efektif dan less costly. Bahkan, di Korea, mereka konsisten memberikan paket kosmetik sebagai souvenir," jelasnya.

Airlangga mengungkapkan, di negara-negara ASEAN sendiri sudah mulai fokus mengembangkan potensi wellness industry, yang meliputi industri farmasi, herbal, dan kosmetik.

"Maka kita juga tidak boleh ketinggalan. Kita bersaing dengan market leader di Asia, yaitu Korea. Pada saat yang sama, Thailand juga tengah melakukan pengembangan industri di sektor-sektor tersebut," tegasnya.

Kemenperin mencatat, Indonesia menempati urutan ke-4 sebagai produsen jamu atau herbal di dunia setelah Tiongkok, India dan Korea. Terdapat 30 ribu jenis tanaman herbal yang tumbuh di dalam negeri, dan perlu dimanfaatkan oleh industri nasional.

"Selain mempromosikan produk unggulan komestik kita, juga dapat mengenalkan Indonesia sebagai penghasil obat tradisional," imbuhnya.