Tergerus Impor, Tak Ada Jalan Lain Industri Keramik Nasional Harus Berbenah Tingkatkan Daya Saing

Oleh : Ridwan | Senin, 19 Maret 2018 - 12:37 WIB

INDUSTRY.co.id -Jakarta, Daya saing industri keramik nasional semakin tergerus. Pasalnya, terus membajirnya produk impor membuat produsen keramik dalam negeri tidak bisa tidak bisa berbuat apa-apa.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga saat dihubungi Industry.co.id di Jakarta, Senin (19/3/2018).

"Dalam mengatasi permasalahan ini, perlu pengendalian impor salah satunya dengan safeguard," ujar Elisa.

Namun, tambahnya, pemberlakuan safeguard hanya untuk sementara, bukan permanen. "Permanen-nya, industri dalam negeri harus kuat dan harus bersama dengan pemerintah baik dari harga energi yang berdaya saing serta didukung oleh pertumbuhan industri sektor lainnya," terangnya.

Ia menuturkan, keramik impor setiap tahun mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Elisa memperdiksi pada tahun 2018 akan lebih tinggi lagi, dikarenakan turunnya bea masuk impor keramik.

"Oleh karena itu kita ajukan safeguard. Namun, kedepan tidak ada lagi regulasi yang bisa menghambat kecuali kemampuan diri kita berdaya saing dengan siapapun," kata Elisa.

Elisa menghumbau kepada industri nasional untuk tidak berlindung penuh pada safeguard. Ia melanjutkan, safeguard hanya pengatasan sementara didalam melakukan surveving industri yang sulit.

"Batas waktu safeguard hanya 3-5 tahun saja, kita juga akan tetap dorong industri untuk berdaya saing tanpa safeguard. Itu harus," tegasnya.

Selain itu, tambah Elisa, pihaknya juga mendorong industri keramik nasional untuk menggunakan logo produk dalam negeri denga. Berharap demand akan tumbuh dan nantinya akan menciptakan lapangan pekerjaan.

"Bila perlu, kalau sudah bertumbuh melebihi kapasitas kita akan buat pabrik baru. Industri keramik nasional tidak takut bangun pabrik baru selama demandnya ada," ucap Elisa.

Elisa menambahkan, saat ini volume industri keramik nasional mencapai 250 juta meter persegi. Sedangkan kapasitas produksi mencapau 589 juta meter persegi.

"Demang kita saat ini mencapai 400 juta meter persegi. Sedangkan yang terproduksi sekitar 354 juta meter persegi, impor 61 juta meter persegi," paparnya.

Elisa berharap kebutuhan akan keramik nasional akan meningkat dari tahun lalu yang mencapai 500 juta meter persegi. "Kami berharap semua sektor tumbuh, salah satunya sektor properti yang menjadi andalan industri keramik nasional," tutur Elisa.