Harga Sewa Tinggi, Industri Ritel Alami Stagnasi

Oleh : Ahmad Fadli | Selasa, 17 Januari 2017 - 16:21 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) melaporkan raport merah untuk pertumbuhan industri ritel di tahun 2016. Dalam kurun dua tahun penurunan omset rata-rata mencapai 20 persen.

Masih bisa buka toko dan tidak melakukan PHK karyawan di tahun 2016 sudah bisa dibilang bagus, kata Ketua Umum Hippindo Budiharjo Iduansjah dalam konferensi persnya di Jakarta, Selasa (17/1/2017).

Kata Budiharjo, pihaknya selalu patuh menjalankan kewajiban yang dibebankan pemerintah, seperti menaikkan UMP sektoral.

"Kita memenuhi kewajiban itu, UMP sektoral yang sebenarnya memberatkan kita. Kita punya 3 juta SDM yang bekerja d ibawah Hippindo," bebernya.

Ia kuatir akan terjadi penutupan toko yang berujung pemutusan hubungan kerja (PHK) jika sektor ritel tidak berkembang seperti terjadi tahun lalu. Dan pihaknya memproyeksikan pertumbuhan penjualan ritel tak lebih dari 10 persen di tahun 2017.

"Hippindo ingin duduk bersama pemerintah, mendengarkan kondisi di lapangan," pintanya.

Ia menambahkan, persoalan utama yang dihadapi para pengusaha ritel adalah tingginya biaya layanan (service charge) sebagai penyewa.

"Banyak pusat perbelanjaan yang menaikkan service charge terlalu besar. Dulu itu komponen biaya terbesar di SDM. Tapi saat ini komponen biaya sewa dan serive charge. Kita untung saja hanya 10 persen, sedangkan biaya sewa mencapai 30 persen," tandasnya.(iaf)