ILO: Kesetaraan Gender Inti Dari Pekerjaan Layak

Oleh : Dina Astria | Sabtu, 10 Maret 2018 - 19:01 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta -Direktur Organisasi Buruh Internasional (ILO) di Indonesia Michio Miyamoto menyatakan kesetaraan gender merupakan inti dari pencapaian pekerjaan yang kayak bagi buruh dan pekerja di Indonesia, namun hal tersebut masih menjadi salah satu tantangan besar.

Michio Miyamoto dalam sambutannya pada diskusi bertajuk "Saatnya Perempuan Setara dalam Perundingan Perjanjian Kerja Bersama" yang diadakan sejalan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional di Jakarta, Kamis, mengatakan kesetaraan gender merupakan jantung dari pekerjaan yang layak.

"Namun mencapai kesetaraan gender di tempat karma masih menjadi salah satu tantangan terbesar. Baik pekerja maupun pengusaha harus didorong untuk dapat berunding secara bersama dengan menjadikan kesetaraan dan non-diskriminasi sebagai prinsip," kata Michiko.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa praktik-praktik yang non-diskriminatif tidak hanya menguntungkan pekerja perempuan tapi juga pekerja dan pengusaha pada umumnya.

Sementara itu, Kasubdit Hubungan Kerja Direktorat Persyaratan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Sumondang mengatakan bahwa pihak pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menjamin adanya kesetaraan antar gender di dunia karma dan mengeliminasi faktor-faktor diskriminasi.

"Kalau dilihat dari aspek ketenagakerjaan sendiri, dalam undang-undang, sebenarnya kita sudah tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Kita juga sudah meratifikasi konvensi ILO nomor 100 dan 111 mengenai larangan diskriminasi," jelasnya.

Lebih lanjut, perundingan bersama diyakini merupakan kunci utama yang menjadi dasar hubungan kerja yang kondusif dan harmonis.

Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa perundingan bersama tidak hanya menguntungkan pekerja secara umum, namun juga berperan penting bagi pekerja perempuan dan kaum perempuan pada umumnya.

Perundingan bersama merupakan cara untuk menerapkan pengarusutamaan gender. Topik-topik yang secara tradisional dianggap sebagai permasalahan perempuan seperti menstruasi, maternitas, perawatan anak, upah rendah dan pengaturan jam kerja yang fleksibel menjadi bagian dari perundingan dan perjanjian kerja bersama.

Adapun acara diskusi interaktif yang digelar oleh ILO melibatkan beberapa pembicara, termasuk Kasubdit Hubungan Kerja Direktorat Persyaratan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Sumondang, Staf Komunikasi dan Kemitraan Better Work Indonesia ILO Pipit Savitri, Kepala Program Federasi Serikat Pekerja Garteks Elly Rosita Silaban, perwakilan PT Avery Dennison Packaging Susi Kathrin, serta Artis dan Pemerhati Masalah Sosial Aline Adita.