Menghormati Jasa Gus Dur

Oleh : Jaya Suprana | Sabtu, 17 Februari 2018 - 06:00 WIB

INDUSTRY.co.id - DI masa kini, setiap tahun bukan hanya warga Indonesia keturunan namun seluruh bangsa Indonesia merayakan Imlek yang telah resmi ditetapkan sebagai hari raya nasional bangsa Indonesia. Praktis tidak ada pusat perbelanjaan Indonesia tidak menghias diri demi menyambut Imlek.

Demikian pula hotel-hotel berbintang empat ke atas tidak ketinggalan menghias diri. Pelayan rumah makan mengenakan busana bersuasana Imlek. Lagu-lagu berbahasa Mandarin menyambut Imlek merdu membahana. Gemuruh tetabuhan alat musik perkusi mengiringi pergelaran liong dan barongsai menggelegar di mana-mana demi berbagi rasa gembira menyambut Imlek. Sebagai sebuah hari raya nasional, memang sudah selayaknya Imlek dirayakan dengan penuh riang-gembira.

Gus Dur

Di tengah gegap-gempita Imlek, rasa haru selalu menyelinap ke lubuk sanubari saya. Rasa haru dalam mengenang seorang Guru Bangsa yang telah gigih berjuang sehingga Imlek yang sempat dilarang di masa Orba, kini dapat dirayakan secara terbuka penuh kebahagiaan seperti Idul-Fitri dan Natal. Seorang Guru Bangsa yang kini telah almarhum namun jasanya terhadap hari raya Imlek tidak layak dilupakan begitu saja.

Saya berani menjamin bahwa tanpa jasa sang Guru Bangsa, mustahil kini Imlek dapat dirayakan secara terbuka bahkan resmi sebagai hari raya Nasional. Tanpa jasa Gus Dur, Imlek sebagai perayaan musim semi mengakhiri musim dingin mustahil dirayakan di Indonesia yang sebenarnya bukan negara empat-musim maka tidak mengenal musim semi apalagi musim dingin. Merayakan Imlek merupakan suatu bentuk  anugerah kebebasan.

Anugerah

Namun makna kebebasan merayakan Imlek pada hakikatnya beda dengan kebebasan mendirgahayu 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Kebebasan merayakan 17 Agustus diperoleh atas perjuangan bangsa Indonesiadengan tetesan keringat,air mata dan darah melawan kaum penjajah, sementara kebebasan merayakan Imlek diperoleh sebagai suatu bentuk anugerah kemurahan hati bangsa Indonesia atas jasa Gus Dur.

Tanpa sedikit pun niat pengkulutusan sebenarnya tidak keliru apabila Gus Dur diangkat sebagai Bapak Imlek Indonesia. Memang tidak ada salahnya bahkan sangat benar apabila dalam asyik merayakan Imlek, jasa Gus Dur senantiasa dikenang agar generasi muda penerus perjuangan bangsa Indonesia dapat menyadari betapa besar jasa Gus Dur dalam menghadirkan semangat pluralisme selaras falsafah Bhinneka Tunggal Ika bukan sekedar sebagai suatu slogan politik namun benar-benar mengejawantahkannya menjadi kenyataan.

Demi menghormati jasa Gus Dur, alangkah indahnya apabila dalam merayakan Imlek kita berbagi kegembiraan dan kebahagiaan dengan anak-anak yatim piatu, para korban banjir dan sesama warga Indonesia yang kebetulan hidup dalam kesulitan dan keterbatasan. Gong Xi Fat Chai!.  JAYA SUPRANA