Gandeng Investor China, Genting Oil Siap Gelontorkan Dana US$ 2 Miliar Bangun Pabrik Petrokimia di Bintuni

Oleh : Ridwan | Kamis, 15 Februari 2018 - 06:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Deputi General Manager Genting Oil, Wandy Wanto mengungkapkan pertemuannya dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto untuk membicarakan niat perusahaan berinvestasi di sektor industri petrokimia di Indonesia.

"Untuk investasi sektor petrokimia di Bintuni kami menggandeng investor asal China," ujar Wandy di Jakarta (14/2/2018).

Menurut Wandy, investor asal China tersebut menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi senilai US$ 1,5-2 miliar untuk memproduksi metanol.

"Apabila terealisasi, pabrik petrokimia tersebut perlu melalui beberapa persiapan hingga akhirnya dapat beroperasi pada 2022," ungkap Wandy.

Sementara itu, Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono yang turut mendampingi Menperin Airlangga menyampaikan bahwa pihaknya mendukung rencana investasi Genting Oil di Bintuni, Papua Barat.

"Bagi saya siapapun investornya yang terpenting ada industri petrokimia disana," terangnya.

Lebih lanjut, Sigit menuturkan, saat ini impor produk petrokimia mencapai Rp220 triliun, dimana 70 persennya berbasis polipropilen dan polietilen.

Jadi, jika investasi petrokimia asal China tersebut benar-benar terealisasi, maka produk yang dihasilkan mampu mensubtitusi impor metanol sebesar 1,8 juta ton per tahun atau setara Rp100 triliun.

Sigit meyakini, Indonesia berpotensi bisa menjadi pusat pertumbuhan industri petrokimia, bahkan bisa kompetitif di tingkat ASEAN maupun Asia. Hal ini karena Indonesia memiliki potensi cadangan minyak dan gas hingga 7,5 miliar barrel dan 150 triliun cubic feet serta cadangan batu bara 30 miliar ton.

Kemenperin mencatat, sepanjang tahun 2015-2017, pertumbuhan industri petrokimia berbasis migas masih dipengaruhi oleh kenaikan harga gas. Pasalnya, bahan baku gas membentuk 70 persen terhadap struktur biaya produksi pada sektor tersebut.

Oleh karena itu, dalam upaya mempercepat realisasi investasi di industri petrokimia, Kemenperin telah mengusulkan agar sektor ini perlu mendapatkan penurunan harga gas.

"Dipastikan, dengan harga gas yang kompetitif, daya saing industri petrokimia nasional semakin meningkat," kata Sigit.