Hidupmu Berpola Sejak Usia Dua Puluh Lima

Oleh : Anab Afifi, CEO Bostonprice Asia | Rabu, 11 Januari 2017 - 11:21 WIB

INDUSTRY.co.id - Pertama kali saya belajar menulis biografi adalah kisah hidup dan perjuangan tokoh politik dan pendiri HMI, A Dahlan Ranuwihardjo. Itu terjadi pada tahun 1993. Diterbitkan oleh LSIP tahun 1994. Saya sih cuma pupuk bawang. Editornya M. Kawiyan  sedangkan penulis resminya Ridwan Saidi, anak didik sang tokoh.

Setahun berikutnya, 1995, saya diminta membantu proyek penulisan biografi tokoh politik dari PPP, Ismail Metarium. Membantu penulis utamanya, Solaiman Rashid, wartawan Jawa Pos.

Peristiwa itu sepertinya jadi pola. Sebab  tahun berikutnya, saya mendapat order menulis autobiografi seorang bankir senior dari Bank Niaga, Koesdarto Hadimoeljo. Ia adalah orang kepercayaan tokoh perbankan terkemuka Robby Djohan. Kali ini, full sebagai proyek saya.

Kisah bankir dari sebuah desa di Nganjuk, Jawa Timur, ini makin memompa semangat saya. Honornya pun bikin mesem. Seharga mobil Timor yang kebetulan baru diluncurkan waktu itu sebagai Mobnas. Usia saya 27 tahun saat itu.

Setelah itu berlanjut nulis biografi pendek Iwa Sewaka, seorang tokoh bisnis yang membangun perusahaan multinasional operator Satelit Palapa C, PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo).

Pas jaman Krismon 1998, seorang pensiunan eksekutif Bank Indonesia meminta saya menulis kisah hidupnya. Bukunya selesai. Namun, karena berbagai pertimbangan tidak jadi terbit.

Setelah ini, sekian tahun lamanya kosong jeda berkepanjangan. Hingga suatu hari saya mendapat telepon dari Pusat Perbukuan Nasional di bawah Kemendiknas yang menerbitkan biografi para presiden RI. Saya memilih Gus Dur.

Di sini saya bertemu para penulis senior Eka Budianta Nina Pane dan juga Pak Bahrudin Supardi dan lain-lain. Di tengah kesibukan saya awal tahun ini yang mulai padat, saya harus segera menyelesaikan kisah heroik seorang bocah asal "kampung preman" mengubah hidupnya bernama Syarif Fasha.

Fasha, adalah Walikota Jambi, tokoh penting  yang ikut berperan meredakan situasi memanas akibat aksi SARA jelang Natal di sebuah hotel di kota itu.

Tulisan ini bukanlah tentang curriculum vitae saya yang hampir seluruh bidang pekerjaan dan bisnis saya terkait dengan tulis menulis. Tetapi sebetulnya, saya akan bercerita tentang pola terkait bidang-bidang profesi apa pun.

Bahwa profesi apapun yang akan atau telah Anda pilih, tidakklah datang ujug-ujug atau tiba-tiba. Semua ada polanya. Dan, dari berbagai riset saya, pola itu sudah dimulai saat usia 25 tahun. Berikut ini dua hal yang ingin saya simpulkan.

1/ Jika saat ini usiamu 40 - 50, lihat kembali ke belakang, apakah pola yang mulai kau jahit saat usia 25 tahun dulu. Dan hal penting apa yang kau lakukan saat usia 28 tahun.

2/Jika saat ini usiamu 20 tahun, mau kuliah atau tidak, maka buatlah pola mu sendiri saat usiamu nanti 25 tahun, serta hal penting apa yang ingin Anda lakukan dan diyakini akan mengubah hidupmu.

Ternyata, ada korelasi menarik. Usia 28 tahun adalah tonggak penting dalam hidupm yang akan menjadi titik tolak bagi apapun usaha saat usia 40 -  50 tahun.

Capaian dan prestasi bidang apa pun yang diraih saat usia 40 - 50 tahun, sangat berkorelasi dengan pola yang dijahit saat usia 25 tahun serta tonggak penting pada usia 28 tahun.

Lihatlah misalnya, apa yang dilakukan Bung Karno saat usia 28 tahun? Ia mendirikan PNI. Hatta saat usia yang sama memimpin pergerakan mahasiswa Indonesia dari Belanda.Dahlan Iskan sebelum menjadia siapa dia sekarang, saat usia 28 tahun memimpin biro Tempo dari Surabaya.

Kepemimpinan Nabi Muhammad sudah berpola saat baginda memikat banyak orang  saat usia 25 tahun karena kejujurannya sehingga digelari al amin. Saat usia 28 tahun sudah menjadi sosok yang disegani.

Orang-orang yang menonjol di lingkungan mereka, niscaya juga sudah menciptakan pola mereka sendiri saat usia 25 tahun serta menciptakan lompatan penting pertama saat usia 28 tahun. Hipotesa ini tentu masih diperdebatkan. Setidaknya, saya sendiri sudah membuktikan.

 

Anab Afifi, CEO Bostonprice Asia